Grid.ID - Bukan tak mungkin, lo, suami-istri sampai "lupa" berintim-intim lantaran kelewat "asyik" mengejar karier ataupun kemapanan ekonomi.
Di sisi lain, dorongan seksual bisa muncul secara tiba-tiba. Hingga, bisa terjadi ketika suami-istri tersadar bahwa mereka sudah sekian lama tak berintim-intim, justru sewaktu hendak berangkat kerja. Tak ayal lagi, libido yang sekian lama terpendam "menuntut" penyaluran.
Nah, seks instan alias quick sex bisa menjadi solusinya tanpa harus takut terlambat ngantor.
Bercinta dengan cara instan ini cocok buat suami-istri super sibuk, tapi cuma sebagai variasi. Perhatikan juga kebutuhan pasangan.
"Quick sex memang sangat cocok buat pasangan muda yang sama-sama luar biasa sibuk," kata Dr. Ferryal Loetan, Sp.RM, MMR. Terlebih buat para suami yang kurang bisa menahan diri, "ini merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan di luar perkawinan." Soalnya, jelas seksolog dan konsultan perkawinan yang berpraktek di rumahnya di bilangan Kalibata ini, suami yang kebutuhan seksualnya terlampiaskan, umumnya tak akan berpikir macem-macem.
SAMA-SAMA MENGINGINKAN
Bukan berarti kebutuhan istri menjadi tak penting, lo. Apalagi, berintim-intim model ini waktunya amat singkat, sekitar 5-7 menit atau malah kurang. Belum lagi sifatnya yang "cepat saji" hingga tak bisa diharapkan cara "mengolah"nya sama persis dengan yang biasa. Sementara kita tahu, wanita umumnya tak mudah cepat terbangkitkan gairah seksualnya.
Jadi, kalau cuma satu pihak yang sudah dalam kondisi "siap tempur", tentulah akan timbul persoalan buat pihak yang lain. "Umumnya akan berakhir dengan kesia-siaan alias percuma saja," ujar Ferryal. Soalnya, bila istri tak menginginkan, yang muncul dalam dirinya hanya rasa sebal, "Ah, apa-apaan, sih? Mau ngantor, kok, sempet-sempetnya mikir ke situ!" Sementara suami jelas merasa ditolak mentah-mentah yang akhirnya akan menyulut masalah baru.
(Baca: Orang Lebih Aktif Bercinta Saat Musim Liburan, kok Bisa Begitu? Ini Penjelasannya)
Jikapun istri bersedia, tentu akan menimbulkan penderitaan tersendiri buatnya karena ia sama sekali tak berminat. Padahal, hubungan seks yang sehat haruslah dilakukan dengan senang hati dan mampu memberikan kepuasan bersama. Terlebih dalam berintim-intim secara terburu-buru ini, jelas Ferryal, yang terpenting justru pelampiasan dan pemuasan kedua belah pihak. "Jadi, baik suami maupun istri harus sudah dalam keadaan spanning atau libidonya sudah sedemikian tinggi, hingga kebutuhan keduanya bisa sama-sama terpenuhi meskipun waktunya relatif amat singkat."
Jikapun istri amat sulit terbangkitkan gairahnya, menurut Ferryal, sebenarnya tak harus jadi kendala untuk melakukan quick sex. "Jika tak ada masalah 'serius' di antara mereka, sebagai suami-istri tentunya sudah saling tahu siapa dan bagaimana pasangannya. Istilahnya, kita tahu di mana kenopnya dan tahu pula bagaimana menghidupkannya. Pendeknya, tinggal ceklek, pasti jalan. Kebangetan, dong, kalau sampai enggak tahu sama sekali kebutuhan atau keinginan pasangan!"
CUMA VARIASI
Namun demikian, Ferryal juga menekankan pentingnya belajar menahan diri. Apalagi mengingat berintim-intim model ini, bukan hanya bisa dilakukan kapan saja, tapi juga di mana saja. Artinya, tak harus selalu di kamar tidur, tapi bisa di ruangan mana pun di dalam rumah semisal kamar mandi atau malah dapur. Jadi, kita pun harus memperhatikan lingkungan, terutama anak-anak karena dampaknya buruk bila si kecil yang masih balita menyaksikan ayah-ibunya berintim-intim.
Lagi pula, kemampuan menahan diri dan dorongan seksual, pada dasarnya memang harus dimiliki oleh setiap orang. Bukankah kita punya etika sosial/budaya maupun nilai-nilai agama yang berperan penting dalam mengendalikan hidup?
Dengan demikian, meski libido tengah meningkat tinggi, "kan, enggak berarti saat melihat cewek menggiurkan lantas main tomplok." Lain hal pada orang-orang berkelainan, semisal pemerkosa yang bisa dikategorikan punya gangguan kejiwaan.
Itu sebab, Ferryal menganjurkan agar seks instan cuma dijadikan variasi. Hingga, keistimewaannya pun jadi lebih terasa. Ibarat orang yang tiap hari makan di restoran dengan lauk-pauk daging melulu, begitu ketemu gado-gado di pinggir jalan rasanya jadi luar biasa nikmat. Nah, sebagai variasi, lanjutnya, seks instan juga bagus dilakukan oleh pasangan yang telah menikah belasan tahun atau lebih. Setidaknya, sebagaimana aneka variasi lain semisal posisi, berintim-intim model ini bisa mengatasi kejenuhan/kebosanan berintim-intim dengan pola yang sama dari hari ke hari.
(Baca: Terbukti, 5 Posisi Bercinta Ini Membuat Lebih Cepat Orgasme...No. 5 Dasyat!)
Selain itu, bila quick sex keseringan dilakukan atau malah dijadikan bagian dari rutinitas sehari-hari, maka tak lagi menyisakan sensasinya yang luar biasa. Lebih dari itu, tutur Ferryal, idealnya berintim-intim menuntut kesiapan fisik dan psikis yang bisa terjalin "sempurna" lewat rangkaian aktivitas itu sendiri, dari foreplay sampai afterplay. Tak terpenuhinya kriteria tersebut dikhawatirkan menurunkan intensitas hubungan di antara suami-istri. Jadi, tegasnya, kalau memang tersedia waktu yang cukup panjang, "tak perlulah berhubungan intim secara terburu-buru." Tak Usah Khawatir Pasangan Neko-Neko
Menurut Ferryal, sekalipun berintim-intim model ini begitu gampang dilakukan, tapi tak perlu sampai membuat istri kelewat khawatir suaminya bakal neko-neko, semisal melakukannya di lift atau di tempat "strategis" lain dengan sembarang perempuan. "Bisa saja, sih, tapi, kan enggak segampang itu. Lagi pula enggak semua perempuan mau diperlakukan sembarangan begitu, kok."
Jadi Gampang Uring-Uringan
Buat suami-istri yang tinggal berjauhan, menurut Ferryal, seks instan juga sah-sah saja dilakukan begitu mereka saling bertemu. Bukankah mereka telah sekian lama memendam dorongan seksnya masing-masing?
Meski begitu, jelasnya, tak berarti istri harus mati-matian memuaskan pasangannya dan mengabaikan kebutuhannya sendiri, semata dengan harapan agar suaminya tak "main" di luaran atau minimal kembali ke tempat tugas tanpa beban pikiran. Soalnya, libido istri tak terlampiaskan bisa menimbulkan efek psikologis, semisal sulit konsentrasi, gampang marah dan uring-uringan dengan mencari-cari kesalahan orang lain.
Memang, aku Ferryal, dampak psikologis tersebut juga bisa dialami pria kala libidonya tak terpuaskan. Hanya saja, lebih banyak dialami wanita mengingat kaum hawa lebih sulit untuk mencari pelampiasan libidonya. "Laki-laki, kan, lebih mudah, tapi bukan dalam arti berselingkuh, lo. Melainkan dengan masturbasi, mimpi basah atau cara lainnya." (Nakita.id/Th. Puspayanti)
(Baca: Tiga Posisi Bercinta Terfavorit Generasi Milenial, No. 2 Dahsyat!)