Namun bila diperhatikan lebih baik, siapapun yang mengetahui kisah Pak Setu pasti akan merasa tersentuh dan terinspirasi dengan perjuangannya dalam mencari nafkah.
Tak seperti kebanyakan orang, Pak Setu dilahirkan dalam kondisi keterbatasan fisik yang membuatnya sulit untuk berjalan.
Tetapi seolah enggan dikerdilkan dengan keterbatasan fisiknya, pria berusia 50 tahun ini tetap berusaha mencari nafkah demi keluarganya meski harus merangkak.
Setiap hari, dengan tumpuan pada tangan dan kedua lututnya, Pak Seto membawa dagangan balon warna-warni di atas punggungnya.
Jarak yang Pak Setu tempuh untuk berdagang pun tak bisa dianggap remeh.
Sekitar 45 Km dari Gempolan, Karanganyar Pak Setu merangkak hingga Kawasan Notosuman, Solo demi mencari rezeki halal.
Tak hanya itu saja, berdasarkan informasi yang Grid.ID dapatkan dari percakapan via chat dengan pemilik akun Instagram @@thoryc.id, Pak Setu biasanya berjualan dari wilayah Notosuman, Sarpon, Coyudan, Nonongan hingga Jayengan.
Terkadang bila menjelang malam dagangannya belum juga habis, Pak Setu memilih beristirahat dan bermalam di Masjid Baluwarti, Solo.
Berdasarkan postingan yang diunggah akun Instagram @thoryc.id, Pak Setu menolak memanfaatkan keterbatasan fisiknya untuk mencari nafkah.
Kendati penghasilannya dalam sehari tidak menentu, Pak Setu tak mau meminta-minta kepada orang lain.