Find Us On Social Media :

Mengaku Jauh Lebih Besar dan Dahsyat Ketimbang Milik Kim Jong Un, Benarkah Donald Trump Punya Tombol Nuklir Sungguhan?

By Ahmad Rifai, Jumat, 5 Januari 2018 | 00:13 WIB

Tombol nuklir mana yang jauh lebih dahsyat? | Weforum.org, How Stuff Work, & The Daily Banter

Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai

Grid.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45, memberi balasan terkait tombol nuklir di meja Kim Jong Un ada setiap saat.

"Tolong beritahu dia," tulis Donald Trump dalam akun Twitter pribadinya.

"Aku juga punya TOMBOL NUKLIR."

via GIPHY

"Tapi ini jauh lebih besar dan lebih dahsyat daripada miliknya."

"Dan tentu saja, TOMBOL milikku bekerja!"

(Baca juga: Buku Ini Belum Terbit Tapi Sudah Gegerkan Gedung Putih, dari Tidur di Kamar Terpisah Hingga Tangisan Melania Trump di Malam Pemilu AS)

Lantas, kemudian muncul pertanyaan turunan terkait pernyataan suami Melania Trump.

"Memangnya Donald Trump punya tombol nuklir sungguhan?"

Dikutip wartawan Grid.ID dari BBC, menekan tombol nuklir sebenarnya tidak semudah ketika kamu mengganti saluran TV atau menekan keypad HP sejuta umat, Nokia 3315.

Tentu prosedur yang harus dilakukan jauh lebih rumit.

Meski terdengar nyeleneh, Donald Trump pada kenyataannya memiliki 'tombol nuklir'.

(Baca juga: Sedang di Kamar Mandi, Kaki Balita Berusia 3 Tahun Terperosok Lubang Closet dan Tak Bisa Dicabut Keluar)

Sebenanrnya, 'tombol nuklir' hanya sebuah istilah yang kemudian melibatkan apa yang disebut sebagai 'biskuit' dan 'sepakbola'.

Terdengar makin aneh, bukan?

Pada 20 Januari 2017, seorang ajudan militer terlihat membawa sebuah tas kulit.

Sosok tersebut hadir dalam inagurasi Donald Trump bersama Presiden Barack Obama.

(Baca juga: Waduh! Pria Sidoarjo Jual Temannya Sendiri Ke Pria Hidung Belang, Harganya Bikin Geleng Kepala)

Usai mengambil sumpah jabatan, ajudan bersama tas yang dibawa merayap ke sisi Presiden Donald Trump.

Nah, koper ini akrab dikenal sebagai 'sepakbola nuklir'.

'Sepakbola' dibutuhkan untuk menembakkan senjata nuklir milik AS.

Tentu, secara harfiah, barang ini tidak pernah meninggalkan Presiden AS.

(Baca juga: VIDEO : Adik Bayinya Meninggal Beberapa Bulan Lalu, Bocah Ini Nyanyikan Lagu Ulang Tahun yang Menyedihkan)

Pada bulan Agustus 2017 seorang ahli berbicara kepada CCN.

"Saat Presiden Trump bermain golf, 'sepakbola' tetap berada di sampingnya. "

Lantas, sebenarnya apa yang ada dalam 'sepakbola'?

"Apakah ada tombol nuklir?"

(Baca juga: Entah Bagaimana Bisa Sampai di Situ, Alat Kelamin Seorang Pria Terjepit Cincin Logam Selama 2 Hari)

Bila berpikir demikian, sepertinya kamu akan kecewa.

Kembali dikutip dari BBC, tidak ada tombol besar secara harfiah.

Sebagai gantinya, di balik koper ada sejumlah alat komunikasi dan buku dengan rencana perang yang sudah dipersiapkan.

Rencana yang ada di sana disusun untuk pengambilan keputusan cepat.

(Baca juga: Kepala Balita Terjebak di Dalam Pipa Air dan Tak Bisa Dikeluarkan, Kok Bisa Begini?)

Rupanya, ada sejumlah level yang bisa dipilih oleh seorang Presiden AS.

Pada tahun 1980, mantan direktur kantor Militer Gedung Putih, Bill Gulley, pernah mengatakan seperti ini.

Level opsi pembalasan meliputi, "Langka, sedang, atau dilakukan dengan baik."

Lalu pertanyaan berikutnya, apa yang dimaksud dengan istilah 'biskuit'?

(Baca juga: Rupanya Ini Dugaan Penyebab Ibu Larang ke-3 Anaknya Keluar Rumah Selama Setahun, Miris!)

'Biskuit' adalah sebuah kartu berisi kode, yang seharusnya dibawa setiap saat oleh presiden.

Barang ini terpisah dengan 'sepakbola'.

Jika presiden meminta sebuah serangan, maka dia akan menggunakan kode tersebut untuk mengidentifikasi dirinya.

via GIPHY

Setelah menjabat, ABC News bertanya kepada Presiden Trump.

"Bagaimana rasanya mendapatkan 'biskuit'?"

Jawab Donald Trump, "Ini sangat, sangat menakutkan, dalam arti tertentu."

(Baca juga: Hanya Gunakan Celana Kolor, Pria Ini Hampir Bunuh Diri, Lihat deh Aksi Petugas Selamatkan Nyawanya)

Kini tiba pada pertanyaan paling krusial.

Sebenarnya, bagaimana sebuah serangan nuklir diluncurkan?

Hanya presiden yang bisa meluncurkan perintah serangan nuklir.

Usai mengidentifikasi diri menggunakan 'biskuit', sang presiden menyampaikan perintahnya kepada Ketua Kepala Staf Gabungan AS (CJCS).

(Baca juga: Kisah Haru Yuni, Rela Jadi Satpam, Berhenti Sekolah untuk Membantu Keluarga)

Perlu kamu ketahui, orang yang duduk di kursi CJCS adalah perwira tertinggi dalam militer AS.

Kemudian, perintah akan masuk ke Markas Komando Strategis AS di Pangkalan Udara Offutt, Nebraska.

Selanjutnya, perintah disebar ke sejumlah tim yang barada di segala medan (baik di darat, laut, maupun udara)."

Perintah untuk menembak akan dikirim melalui kode yang harus sesuai dengan yang ada di brankas tim peluncur.

(Baca juga: Istri Sedang Hamil Muda di Kampung, Gini Kisah Pilu Kurir Narkoba Asal Aceh: Diimingi Pekerjaan Bergaji Besar, Tak Tahu Apa Barang yang Diantar!)

Amit-amit bila sebuah serangan nuklir akan dimulai.

Bisakah perintah presiden tidak dipatuhi?

Sama seperti di Indonesia, presiden adalah panglima tertinggi dalam militer AS.

Sederhananya, apa yang diperintahkan harus dipatuhi.

(Baca juga: Niatnya Terapi, Alat Kelamin Seorang Pria Malah Terjepit Magnet)

via GIPHY

Namun, ternyata ada sebuah pengecualian.

Pada November 2017, pertama kali dalam 40 tahun terakhir, Kongres memeriksa ulang wewenang presiden dalam melancarkan serangan nuklir.

C. Robert Kehler, komandan Komando Strategis AS dari 2011 hingga 2013 mengatakan seperti ini.

Sebagaimana dilatih, dia akan mengikuti perintah nuklir dari presiden.

Namun akan dipatuhi hanya jika itu adalah perintah ilegal.

(Baca juga: Istri Wakil Walikota Gorontalo Ditangkap, Beginilah Sosok Suaminya, Budi Doku)

via GIPHY

Mantan perwira peluncuran rudal dan peneliti di Princeton, Bruce G. Blair, mengatakan seperti ini kepada Blooberg.

"Kekuatan panglima tertinggi sudah jelas."

"Dia memiliki wewenang tunggal untuk menggunakan senjata nuklir."

Meski begitu, sebelum memulai aksi militer, presiden mengadakan sebuah konfrensi dengan sejumlah penasihat militer dan sipil di Washington.

Namun bila rudal milik musuh sudah menuju AS, presiden harus memerintahkan sebuah serangan balasan.

"Konsultasi dapat dipercepat, hanya selama 30 detik."(*)

via GIPHY