"Dia terus tumbuh, pada usia empat bulan, kami mendandaninya dengan pakaian untuk bayi berusia 12 hingga 18 bulan," kata Tam.
"Pada usia dua tahun, Emily memiliki kuncup payudara dan bau badan, dan ruam di kulitnya sejak lahir yang sekarang didiagnosis sebagai jerawat kistik."
Setelah beberapa diagnosis yang belum menemukan hasil nyata, keluarga itu dirujuk ke Unit Perawatan Akut Anak di Rumah Sakit Wyong.
Di sana, serangkaian tes dijalankan termasuk tes kadar hormon seolah-olah dia seorang wanita hamil, menurut ibunya.
"Emily saat itu berusia 3 tahun, dia memiliki kuncup payudara, strega di kakinya, rambut tubuh berlebih, dan jerawat," kata Tam.
"Ada yang salah dengan gadis kecil kami."
Dia melanjutkan, "Akhirnya, mereka melakukan tes panjang yang melibatkan anak perempuan kami perlu dibius, karena perlu pengambilan darah menarik dan proses itu menyebabkan tubuh kecilnya mengalami stres sehingga ia cenderung masuk ke Krisis Adrenal yang mengancam jiwa."
Terlepas dari tes, kondisi Emily dilaporkan sangat kompleks sehingga petugas medis tidak dapat memberikan jawaban yang pasti bagaimana cara yang tepat untuk merawatnya..
Saat usia lima tahun dia mulai perawatan terapi penggantian hormon yaitu suntikan tiga bulanan yang melemparnya pada gejala menopause.
Dia sebelumnya menambahkan bahwa putrinya secara teratur menderita pertumbuhan tulang yang sangat menyakitkan, payudara yang sakit dan gatal dan masalah sensorik.
Beberapa hari, dia bangun dengan pembengkakan di pergelangan tangan dan kakinya.
Baca Juga: Kisah Siti Oetari, Janda 'Perawan' Soekarno yang Ternyata Adalah Nenek dari Maia Estianty
Namun Tam mengatakan bahwa Emily sangat istimewa, dia mengetahui ada perbedaan tapi dia tetap gembira dan mengatakan suatu saat suntikan hormon dapat membuat kondisinya seperti anak-anak yang lain.
"Terlepas dari segalanya, dia sangat senang, dia benar-benar istimewa," katanya.
Walau begitu, sebagai ibu, Tam tetap merasa khawatir, karena anaknya diganggu, ia juga memikirkan bagaimana ia akan sekolah nantinya.
"Ada begitu banyak aspek dalam hidupnya, dia terlalu muda untuk benar-benar sadar bahwa itu akan berdampak padanya," kata Tam.
"Dampak itu akan terjadi ketika dia mulai sekolah tahun depan, dan harus menghadapi menjadi anak yang sangat berbeda dengan orang lain."
Sang ibu berharap bahwa keluarga lain yang mengalami situasi serupa mungkin dapat belajar dari kisah putrinya. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul, “Payudara Putrinya Mulai Tumbuh di Usia 2 Tahun dan Menopause Saat 7 Tahun, Sang Ibu Ceritakan Kepedihan Hatinya”