Sebelumnya, pada 1958 bersama Mas Tonny, Jan Mintaraga (pelukis komik), Teguh Esha (wartawan dan pengarang), dan Sophan Sophiaan (bintang film) mendirikan Teenagers Voice.
Jika tidak terjadi peristiwa G30S, Gerakan 30 September, Koes Bersaudara hampir pasti dikirim ke Malaysia melaksanakan misi rahasia negara.
Tidak hanya Bung Karno yang mencoba mempolitisasi Koes Bersaudara.
Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto juga menggunakan popularitas Koes Plus untuk mendeteksi sampai di mana besarnya masyarakat yang pro-Indonesia di Timor Purtugis (sekarang Timor Leste) pada awal 1970-an.
“Kami berangkat ke sana awal 1974 dan mengadakan pertunjukan di sebuah gedung. Tidak hanya pertunjukan kami yang disambut hangat.
Ketika kembali ke Hotel Turismo, tempat kami menginap, orang-orang menggedor-gedor mobil kami sambil berteriak, “Koes Plus bom grupo de musica. Viva Presidente Soeharto!” (Koes Plus grup musik yang bagus. Hidup Presiden Soeharto!)
Kembali ke Jakarta, Koes Plus disambut Adam Malik (Menteri Luar Negeri) dan Ali Moertopo (Asisten Pribadi Presiden Soeharto).
Paspor mereka diminta dan tidak dikembalikan.
(Ditulis oleh Mayong S. Laksono. Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 2014)