Bantal lusuh tersebut adalah bantak kesayangan putrinya yang selalu digunakan untuk tidur.
Namun, kali ini bantal tersebut sudah kehilangan pemiliknya.
Dengan mata berkaca-kaca, Rusmanto memeluk bantal tersebut lebih erat.
"Ini bantal kesayangan anak saya. Cuma ini yang bisa saya peluk," ujarnya lirih.
Tangis Rusmanto pecah ketika awak media bertanya alasannya membawa bantal tersebut.
Berulang kali ia menyeka air mata yang tak henti-hentinya menetes membasahi pipi tirusnya itu.
"Saya juga enggak tau, bantal ini terbawa gitu aja. Bantal ini juga mengingatkan saya sama anak saya itu, makanya saya enggak mau ngelepasin bantal ini," ucapnya sesenggukan sambil membelai lembut bantal tersebut.
Duka mendalam semakin terlihat di wajah Rusmanto saat ia mengetahui jenazah kedua putri dan istrinya kini tak dapat lagi ia kenali.
Hingga Sabtu malam, janazah yang bisa dibawa pulang oleh Rusmanto adalah jenazah kedua anaknya.
Sebab, jenazah Yunita Sari belum juga teridentifikasi oleh pihak Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumatera Utara.
(*)