Find Us On Social Media :

Makan Tahu Bisa Membahayakan Tubuh? Berikut Penjelasannya

By Justina Nur Landhiani, Minggu, 7 Januari 2018 | 12:35 WIB

Bahaya konsumsi tahu

Laporan wartawan Grid.ID, Pradipta R

Grid.ID Tahu telah lama menjadi salah satu makanan yang diidolakan.

Terutama bagi masyarakat Indonesia.

Olahan kedelai ini bukan tanpa alasan menjadi makanan favorit.

(BACA : Wow, 3 Tempat Wisata Ini Larang Turis Wanita Masuk! )

Selain karena bergizi dan harganya yang terjangkau, tahu sangat mudah untuk didapatkan.

Tapi, rupanya tahu tidak selalu baik untuk dikonsumsi.

Kenapa?

Berikut penjelasannya yang dilansir Grid.ID dari laman Boldsky.

Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa tahu memiliki bahaya jika dikonsumsi, dengan alasan, tahu adalah modifikasi genetik dari kedelai yang menjadikannya mendapatkan tekstur, kelembutan dan rasa yang diinginkan.

Sejumlah bahan kimia digunakan dalam proses ini.

Faktanya, penelitian telah menemukan bukti bahwa makanan hasil rekayasa genika seperti tahu dapat menimbulkan ancaman penyakit serius.

Seperti ginjal, hati bahkan kanker.

Dan berikut adalah beberapa penyakit yang akan mengancam dari mengonsumsi makanan ini.

(BACA : Siapa Tahu Berjodoh Dengan Para Oppa, 6 Kafe Milik Selebriti Korea Ini Pantas Jadi Pilihan Tempat Nongkrong Nih! )

Kanker payudara

Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang dikaitkan dengan makanan rekayasa genetika seperti tahu menurut sains.

Hipotiroidisme

Kacang kedelai mengandung senyawa yang disebut isoflavone genistein yang dapat menghambat kelenjar tiroid untuk memproduksi cukup hormone.

Defisiensi gizi

Tahu juga mengandung senyawa yang disebut fitat yang memberi tekstur padanya.

Senyawa ini menghambat jaringan tubuh untuk menyerap nutrisi penting seperti kalsium, zat besi, seng dan sebagainya.

Penyakit kognitif

Beragam studi penelitian menghubungkan konsumsi tahu secara teratur dengan penyakit kognitif degeneratif.

(BACA : Nggak Cuma Diabetes, Ternyata Kelebihan Gula Bisa Pengaruhi Otak! )

Contohnya seperti demensia dan Alzheimer. (*)