Sampai saat ini, Eli mengaku baru diberikan uang sirih pinang sebanyak Rp50.000 meski lahannya dipakai untuk menara suar. Tanpa pernah dilakukan pembebasan lahan.
Kunci ditarik
Dihubungi di tempat terpisah, Kepala Desa Eliasa, Rudi Amarduan mengaku bahwa kunci menara memang baru diberikan kepada Eli sejak dirinya menjabat sebagai kepala desa.
Baca Juga: Gadis 11 Tahun ini Meregang Nyawa Usai Sikat Gigi, Ternyata Karena Hal ini
"Waktu tahun 1998 itu desa Eliasa masih status dusun. Sebelumnya pagar menara di gembok mati. Lalu kunci dikasih ke Pak Eli itu pada tahun 2014 setelah rehab berat," papar Rudi.
Sementara itu, Sekretaris Desa Eliasa Thomas Entamoi yang dikonfirmasi mengaku telah berencana akan menarik kunci dari Elkana demi memudahkan jika ada kunjungan.
"Maksud Pemerintah Desa mau ambil itu menjaga kemungkinan ada tamu seperti ini, kita tidak cari-cari dia (Bapak Eli, red) lagi," sambungnya.
Sekdes mengaku, dalam beberapa kali pertemuan sudah diputuskan untuk ambil kunci dengan pertimbangan dibuat karcis dari desa lalu dipercayakan kepada Eli untuk menjual kepada para pengunjung.
“Nanti setiap bulan baru dipertanggungjawabkan kepada pemerintah desa,” tambahnya.
Rencananya, pemberlakuan karcis itu mulai berjalan awal Mei 2019. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul, “Eli, Setia Menjaga Menara Perbatasan Indonesia-Australia Meski Tak Pernah Diberi Upah: 'Biarlah Saya Bertahan Apa Adanya' “