Laporan Wartawan Grid.ID, Dianita Anggraeni
Grid.ID - Sebagai wanita perlu selalu waspada untuk menjaga kesehatan organ intimnya.
Sebab, banyak penyakit berbahaya yang tak terdeksi menggerogoti organ intim kewanitaan.
Kanker serviks salah satunya. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada leher rahim.
Baca Juga: Baju Favoritmu Kelunturan? Coba Cara Ini untuk Menghilangkan Noda Lunturnya
Penyakit ini sering terlambat dideteksi karena banyak wanita tidak mengenali gejalanya.
Namun ada sebuah cerita dari Endang Suryani (52), seorang penyintas kanker serviks, yang tidak pernah menyangka menderita kanker.
Ia merasa tubuhnya sehat dan masih aktif bekerja sebagai agen penjualan properti.
Baca Juga: Solo Traveling? Siapa Takut! Ini Keuntungan yang Kamu Dapatkan Jika Solo Traveling
Suatu ketika di awal tahun 2017 ia mengalami keputihan yang dianggapnya normal karena tidak berbau.
Setelah menstruasi, beberapa hari kemudian ia kembali mengalami keputihan tidak berhenti.
Berbagai jenis obat herbal pun dicobanya, tetapi tetap saja gejala keputihannya tidak hilang.
Kondisi fisiknya pun menurun dan Endang terlihat pucat.
Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan kadar Hb darahnya sangat rendah.
Baca Juga: Nggak Kalah Hits dari Selebgram, Gunakan 3 Aplikasi Edit Foto Ini Agar Foto Kamu Kece
Dokter menduga ada kemungkinan kanker serviks dan ia pun harus dibiopsi.
Dokter menemukan seperempat serviksnya sudah tertutupi kanker dan penyakitnya sudah masuk stadium 2B.
Keputihan terus menerus memang menjadi salah satu gejala kanker serviks.
Gejala lain yang paling sering ditemui adalah keluar darah di luar masa menstruasi, terutama ketika sedang berhubungan seksual.
Hampir dua tahun menjadi penyintas, Endang terus menjaga pola hidupnya.
Baca Juga: Jeon Mi Seon Diduga Bunuh Diri Setelah Alami Depresi
Berdasarkan data Global Burden of Cancer Study (Globocan), kasus baru kanker serviks di Indonesia mencapai 32.469 kasus atau 17,2 persen dari total kanker yang diidap perempuan di Indonesia.
Angka kematiannya mencapai 18.279 per tahun atau 50 perempuan per hari.
Angka itu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2016 dengan 26 perempuan meninggal setiap hari.
Penyakit ini sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi.
Angka perlindungannya mencapai 100 persen.
(*)