Grid.ID - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia.
Sutopo mengembuskan napas terakhirnya di sebuah rumah sakit Guangzhou, China, Minggu (7/7/2019).
Sutopo dinyatakan meninggal dunia pada pukul 02.20 waktu setempat atau 01.20 WIB.
Sutopo meninggal di usia 49 tahun, saat berjuang melawan kanker paru paru yang menggerogoti tubuhnya.
Baca Juga: Susu Kunyit Bisa Meringankan Peradangan dan Meningkatkan Kesehatan Otak
Seperti diketahui, Sutopo telah divonis menderita kanker paru sejak Januari 2018 lalu.
Berbagai pengobatan dan perawatan di sejumlah rumah sakit pun telah dilakukannya setahun belakang.
Sayangnya, kankernya semakin ganas dan tak bisa dikendalikan hingga merenggut nyawanya.
PENELITI TEMUKAN SENYAWA ANTIKANKER DI KUNYIT
Berkaitan dengan pengobatan kanker, peneliti dari Rajiv Gandhi Proudyogiki Vishwavidyalaya (RGPV), India menemukan dua zat baru yang dapat menyembuhkan kanker.
"Terinspirasi dari kebutuhan kunyit dalam mengatasi berbagai macam penyakit, jenis rimpang ini juga tersedia di setiap rumah.
Hal ini membuat kami mempelajari lebih dalam mengenai zat aktif dalam kunyit selama 10 tahun," kata Wakil Rektor RGPV, Profesor Piyush Trivedi, seperti diberitakan Indiatimes, Sabtu (19/12/2015).
Baca Juga: Tak Melulu karena Rokok, Kopi Bisa Sebabkan Kanker Paru dan Payudara
Selama itu, menurut Trivedi ada dua zat yaitu CTR-17 dan CTR-20 yang ternyata dapat membelah sel kanker dengan menghambat tubulin, protein yang penting bagi banyak fungsi sel penting, termasuk kromosom selama pembelahan sel, transportasi intraseluler, pengembangan dan pemeliharaan bentuk sel, motilitas sel dan distribusi molekul pada membran sel.
"Tidak seperti pengobatan kanker lainnya, molekul ini hanya menargetkan sel kanker dan tidak membahayakan sel sehat. Mereka sangat unik dan tidak memiliki efek samping yang signifikan," ujarnya.
Ini kabar baik karena pengobatan kanker terkini yaitu kemoterapi dalam prosesnya menyerang semua sel, baik sel kanker maupun sel sehat.
Penelitian yang dilakukan bekerjasama dengan tim di Kanada Advanced Medical Research Institute Dr. Hyoun Lee ini secara resmi telah diakui secara internasional.
Kedua zat ini juga akan mendapatkan paten dari Amerika secara resmi.
Selain itu, sebuah tim peneliti India-Amerika dari University of Illinois dan Universitu of Utah juga mencoba mengembangkan obat kanker, termasuk kanker paru-paru, payudara, dan lain-lain.
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Kanker Paru Bisa Disebabkan Oleh Bedak Tabur?
Obat kanker yang mereka kembangkan terbuat dari kunyit, bahan yang mudah ditemui di Indonesia.
Proses yang mereka kembangkan memungkinkan kurkumin, bahan aktif dalam kunyit, untuk membunuh sel kanker.
Sebagai informasi, kunyit telah digunakan selama ribuan tahun di negara Asia sebagai bumbu dan obat/jamu.
Penggunaan rempah-rempah itu sebagai obat karena sifat anti-peradangan dan antioksidannya yang kuat.
Selain itu, kurkumin telah lama diketahui menunjukkan sifat anti-kanker.
Sayangnya, kelarutan kunyit dalam air telah menghambat aplikasi klinis kurkumin untuk pengobatan kanker.
Baca Juga: Catat! Roti Tawar Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Paru Seperti yang Diidap Sutopo
Padahal, obat harus larut dalam air. Karena jika tidak, ia akan sulit mengalir melalui aliran darah.
"Manfaat obat kurkumin dapat sepenuhnya diambil jika masalah kelarutannya terselesaikan," ungkap Dipanjan Pan, pemimpin penelitian ini, dikutip dari Hindustan Times, Minggu (12/8/2018).
Pan bekerja sama dengan Peter Stang dari University of Utah.
Bersama-sama, mereka mengembangkan cara membuat kurkumin larut dan mengantarkannya ke tumor untuk membunuh sel kanker.
Mereka juga mengombinasikan kurkumin dengan platinum. Itu karena platinum saat ini merupakan agen terapi kanker yang umum digunakan di klinik.
"Kimia mutakhir mengarah ke struktur hierarkis terakit otomatis yang mendorong kelarutan kurkumin dan secara bersamaan memberikan simulasi pengantaran agen anti-kanker, yaitu platimun," kata Pan.
Baca Juga: Usai Gempa 7 SR, Warga Ternate Mengungsi karena Berpotensi Tsunami
"Efek terapi gabungan ini bertujuan mematikan sel kanker," tegasnya.
Tim tersebut kemudian melaporkan temuannya dalam Proceedings of National Academy of Sciences.
Dalam laporannya, mereka mengatakan, "(Penggunaan platinum) tidak hanya memungkinkan kelarutan kurkumin.
Tapi terbukti 100 kali lebih efektif dalam mengobati berbagai jenis kanker seperti melanoma dan kanker payudara daripada menggunakan keduanya secara terpisah."
"Hasil kami menunjukkan bahwa kurkumin bekerja sepenuhnya sinkron dengan platinum dan memberikan efek sinergis untuk menunjukkan sifat anti-kanker yang luar biasa," tegas laporan tersebut.
Tim ini juga menjelaskan cara kerja kombinasi kurkumin dan platinum adalah dengan memecah DNA sel kanker.
Penemuan kunyit ini menjadi kabar gembira, terutama pada pasien kanker karena ada pengobatan alternatif yang dapat membantu penyembuhan penyakit kanker. Apa pun jenis kanker yang dideritanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Temukan Cara Kunyit Jadi Obat Kanker"