“Saya katakan sama mereka bahwa sebe (ayah) sebelum menjadi wakil wali kota memulainya dari bawah dan saya ingin seperti sebe,” ujarnya saat ditemui Kompas.com di lokasi kerjanya sebagai kuli bangunan di Kota Tidore Kepulauan, Maluku, Selasa (9/7/2019).
Bukan tanpa aral rintangan, keputusan Muhammad Rafdi Marajabessy ternyata sempat berbuah cemoohan dari warga sekitar.
Ia bahkan menuturkan tak sedikit masyarakat yang mempertanyakan mengapa ia masih saja mengerjakan pekerjaan kasar dan tidak minta pekerjaan kantoran kepada ayahnya.
Alih-alih sakit hati, Rafdi memilih tak ambil pusing soal hal ini dan tetap bekerja demi menafkahi istri serta satu anaknya yang lahir tahun 2018 lalu.
“Saya tidak ambil pusing karena sebe selalu mengajarkan bahwa hidup itu keras. Kerja itu harus mulai dari bawah bukan dari atas ke bawah,” Rafdi menambahkan.
Reaksi sang ayah, Muhammad Sinen, pun tak kalah mengundang decak kagum.
Jika orang tua pada umumnya cenderung malu saat anaknya menjadi kuli bangunan, Muhammad Sinen justru memberikan dukungan kepada Rafdi agar terus bekerja.
Baca Juga: Kocheng Oren Sempat Viral, Benarkah Warna Bulu Berpengaruh pada Tingkah Kucing?
“Sebe sering ke tempat saya kerja, biasanya di hari libur kerja. Kalau tidak datang, biasanya telepon menanyakan apakah hari ini kerja atau tidak,” ujarnya sekali lagi.
Dari pekerjaannya sebagai kuli bangunan ini, Rafdi mengaku tak bisa memperkirakan besaran upah yang ia dapatkan karena semuanya berdasarkan besaran proyek atau bangunan.
“Kalau misalkan pekerjaan bangunan sudah selesai dan belum ada pekerjaan baru, saya isi dengan ikut perahu pergi memancing. Kadang berhari-hari baru pulang,” kata Rafdi.
“Untuk lanjut sekolah sepertinya tidak mungkin. Saya ingin mengikuti jejak ayah yang memulai pekerjaan dari bawah, kemudian menjadi politisi, anggota DPRD, hingga wakil wali kota,” pungkasnya. (*)