Grid.ID - Selama 3 minggu di bulan Februari lalu, seorang pria bernama Ted menderita sakit yang ia kira hanya flu biasa.
Ia menderita batuk kering, demam setinggi 38 derajat Celsius, dan selalu merasa kelelahan meskipun ia telah minum obat dan tidur 8 jam sehari.
Ted akhirnya muak merasa sakit seperti itu terus-menerus dan menemui dokter keluarganya.
Dokter menemukan luka berbentuk kutil-kutil kecil di dalam mulut dan hidung Ted, lalu merujuk Ted ke dokter organ dalam.
(BACA: Miris, Meninggal Dunia Setelah Minum Obat Batuk, Ternyata Dosisnya Seperti Ini)
Dokter menduga Ted menderita Vasculitis, pembengkakan di pembuluh darah dan arteri yang membuat penderitanya merasa lelah, batuk, dan luka pada kulit.
3 bulan setelah Ted pertama kali merasa sakit, kesehatannya memburuk: batuknya semakin parah dan ia merasa sangat lelah hingga tak mampu lagi bekerja.
Tubuhnya juga semakin lama semakin kurus dan yang paling parah, luka di di mulut dan hidungnya semakin besar dan menyebar hingga ke tenggorokannya.
Luka di mulut Ted akhirnya dibiopsi, dan hasilnya sama seperti dugaan sebelumnya, ia menderita Granulomatous Vasculitis.
Pengobatan pun akhirnya dilakukan Ted untuk menyembuhkan penyakitnya itu, namun sayang percobaan itu kembali tidak berhasil.
(BACA: Lezatnya Pancake yang Lagi Hits di Instagram, Mau Coba?)
Luka-luka yang tadinya hanya di mulut, hidung, dan tenggorokan kini menyebar ke tangan, kaki, dan tubuhnya.
Luka berbentuk kutil kecil di mulut dan tenggorokan Ted mulai bernanah dan membuatnya kesulitan berbicara apalagi makan.
Melihat kondisinya yang seperti itu, Ted pun sempat kehilangan semangat hidup.
Karena kondisi kulitnya semakin parah, Ted pun pergi konsultasi ke dokter kulit bernama Dr. Neil Shear.
Sekali melihat kondisi Ted dan Dr. Shear langsung tahu pasiennya itu tidak menderita Vasculitis.
(BACA: Yuk Kenali Perbedaan Flu dan Panas Dalam, Ini Penjelasannya)
Dr. Shear melihat bahwa Ted menderita Blastomycosis, infeksi jamur yang berasal dari jamur yang tumbuh di tanah lembap dan daun-daun yang sudah membusuk.
Sering ditemukan di Amerika Serikat, Kanada, juga beberapa bagian di India dan Afrika dan menyerang orang-orang yang menghirup spora dari jamur itu.
Gejala flu akan tampak sejak 1 hingga 3 bulan setelah penderita menghirup jamur tersebut.
Setelah mikroorganisme itu masuk ke paru-paru, mereka akan bertransformasi menjadi buih yang menyebar lewat aliran darah.
Infeksi semacam ini sering kali dikira hanya sebagai flu biasa sehingga banyak orang yang tidak terlalu peduli.
Beruntung Ted bisa sembuh meskipun ia harus melewati beragam pengobatan dan meminum obat anti jamur dengan dosis tinggi. (*)