Grid.ID - Publik baru-baru ini dihebohkan dengan viralnya kisah satu keluarga yang menetap di tengah hutan.
Lazimnya orang-orang mencari kediaman yang dekat pusat keramaian, namun keluarga ini justru memilih menetap di sebuah hutan.
Ialah keluarga Dakup di Pekalongan, Jawa Tengah yang memutuskan untuk tinggal di tengah hutan tersebut.
Baca Juga: Pria Ini Nekat Berduel dengan Babi Hutan Demi Selamatkan Tetangga yang Sudah Renta
Mengutip Kompas.com, keluarga Dakup awalnya merupakan penduduk Dukuh Sigintung, Desa Tuwareh, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan.
Namun, pada tahun 1966, Dakup secara mendadak memboyong anak dan istrinya untuk mengungsi ke sebuah hutan.
Alhasil, mereka kini tinggal di sebuah hutan pinus yang berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat Kecamatan Paninggaran.
Keputusan untuk hidup di tengah hutan pun tak mudah dijalani karena tempat tersebut memiliki medan yang susah untuk dilalui.
Bukan cuma itu, hutan pinus tempat mereka tinggal rupanya juga dihuni hewan-hewan liar, seperti babi hutan dan kera.
Baca Juga: Rekaman Video Viral Detik-detik Dua Pengendara Motor Nyaris Diterkam Harimau di Tengah Hutan
53 tahun berselang, nyatanya keluarga Dakup justru betah tinggal di sana.
Hingga kini, anak serta cucu Dakup memilih tetap tinggal di tengah hutan dan tak ada keinginan untuk pindah.
Bahkan, kediaman mereka yang dulunya dibangun seadanya kini berkembang dengan adanya 6 rumah baru di sekelilingnya.
Seperti yang dituturkan oleh menantu Dakup, Untung saat ditemui Tribun Jateng.
Pria 77 tahun tersebut mengungkap tempat tinggal mereka kini jauh lebih nyaman meski terletak di tengah hutan lantaran adanya aliran air dan listrik ke lokasi tersebut.
"Kini kondisinya sudah lumayan baik karena air dan listrik sudah masuk walau lokasi tempat tinggalnya berada di tengah hutan. Kini ada delapan rumah ABG dibangun di sekitar rumah Semi," ungkap Untung dilansir Tribun Jateng, Rabu (10/7/2019).
Baca Juga: Bukan Hanya Angker, Jepang Juga Ada Hutan Terindah di Dunia yang Jauh dari Kesan Seram!
Untung menyebut, meski sang mertua telah meninggal sejak tahun 1980-an, anak dan cucunya masih betah tinggal di hutan lantaran suasananya yang damai.
"Mertua saya pindah ke sini sekitar tahun 1966. Hingga kini saya bersama istri menetap karena lokasinya damai. Ayah dan ibu mertua saya meninggal karena sakit tapi saya tidak tahu mereka sakit apa," imbuhnya.
Usut punya usut, terdapat sebuah kisah pilu di balik kepindahan keluarga Dakup ke hutan.
Menurut putri Dakup, Semi (75), orang tuanya sengaja membawa ia beserta saudara lainnya ke tengah hutan karena dihantui suatu penyakit aneh.
Bak kutukan, penyakit ini menyebabkan 8 dari 10 anak Dakup meninggal dunia hingga tinggal menyisakan Semi dan seorang saudaranya.
"Seperti terkena kutukan kata ayah saya karena kakak saya selalu meninggal. Kakak saya ada 8 dan setiap tahun meninggal satu persatu. Hanya tersisa dua, termasuk saya," jelas Semi kepada Tribun Jateng.
Semi mengatakan bahwa sang ayah memilih tinggal di tengah hutan untuk menghindari agar kejadian itu tak lagi terulang.
Baca Juga: Praktik Kejam Manusia Zaman Dahulu, Buang Orang Tuanya di Hutan Supaya Terlantar Mati
Belakangan terungkap bahwa Dakup ternyata mengidap penyakit kusta lewat penuturan Jedot, salah satu warga sekitar yang pernah menjadi petugas Puskesmas Kecamatan Paninggaran.
Selama bertugas di wilayah itu dari tahun 1984 hingga 1987, Jedot mengaku sangat akrab dengan keluarga Semi.
"Sewaktu bertugas, dulu saya menemukan keluarga yang tinggal di tengah hutan. Hingga kini mereka masih bertahan," kata Jedot dilansir Tribunjateng.
Baca Juga: Akal Bulus Pengendara Motor yang Ogah Ditilang Polisi, Jatuh dari Motor Lalu Pura-pura Pingsan
Menurutnya, ayah Semi yang bernama Dakup tersebut menderita kusta dan beberapa jarinya terputus karena penyakit tersebut.
"Waktu itu sekitar tahun 1984 saya datang ke rumah milik ayah Semi. Dia selalu mengeluh akan penyakitnya. Selain terkena kusta, ayah Semi juga menceritakan bahwa keluarganya terkena kutukan. Maka dari itu ia menetap di tengah hutan," ia menambahkan.
Setelah kunjungan pertamanya, Jedot akhirnya kembali menyambangi rumah keluarga Semi karena prihatin melihat keluarga tersebut.
Bahkan meski Dakup telah lama meninggal dunia, Jedot masih rutin berkunjung hingga kini. (*)