Grid.ID – Masih ingat dengan bayi kembar siam Safa dan Marwa yang dilahirkan pada Januari 2017 silam.
Dalam upaya pemisahannya, dibutuhkan 100 tenaga medis ahli dan lebih dari 50 jam untuk memishkan ssaudara kembar siam berusia dua tahun tersebut.
Diketahui, Safa dan Marwa terlahir dalam kondisi craniopagus, yakni suatu kondisi bayi kembar siam yang menyatu di tempurung kepala.
Relatif sedikit kembar craniopagus yang selamat dari periode prenatal, sekitar 40 persen mati lahir sementara 33 persen meninggal dalam periode perinatal, biasanya karena kelainan atau kegagalan organ.
Baca Juga: Kalahkan Jokowi dan Najwa Shihab, ini Dia Pria dan Wanita yang Paling Dikagumi di Indonesia!
Beruntung bayi Safa dan Marwa bisa bertahan dan prosedur operasi pemisahan mereka berhasil.
Operasi yang dilakukan di Great Ormond Street (GOSH), London, dimulai Oktober lalu, dan mereka akhirnya berhasil dipisahkan pada 11 Februari tahun ini.
Lain ceritanya dengan Safa dan Marwa yang berhasil dipisahkan, saudara kembar Neev dan Nelly tetap 'berbagi' kepala hingga sekarang.
Baca Juga: Terjadi Saat Sasih Kasa, Gempa di Bali Justru Jadi Pertanda Baik Bagi Orang Bali!
Dilansir dari Toutiao, Jumat (19/7/2019), saudara kembar Neev dan Nelly juga dilahirkan dengan kondisi kembar siam yang menyatu di bagian kepal.
Mengingat banyaknya kasus kembar siam seperti ini yang tidak bisa bertahan, dokter memperkirakan mereka bisa meninggal segera setelah lahir.
Jika berhasil bertahan pun usia mereka diperkirakan tak lebih dari 10 tahun.
Namun kedua saudari itu bisa bertahan dengan baik hingga kini usia mereka sudah 18 tahun.
Meskipun otak dan tubuh Neev dan Nelly bersifat independen, karena kepala mereka berbagi aorta, dokter tidak dapat melakukan operasi pemisahan untuk mereka.
Dilaporkan bahwa bahkan kembar kranial sangat jarang, dari kembar siam dunia, hanya 2%-6% yang terhubung pada kepala.
Karena kurangnya sumber daya medis di Republik Suriname, tempat Neev dan Nelly lahir, mereka harus datang ke Amsterdam, Belanda untuk perawatan.
Kedua saudari ini telah mempertahankan sikap positif dan optimis selama bertahun-tahun.
Hidup dengan kondisi 'berbeda' akan terasa sulit, keluarga mereka dijauhi dan dianggap semacam voodoo.
Nelly mengungkap pernah suatu ketika orang-orang bertanya 'mengapa orang tuamu tidak menghentikan kehamilan?'
Baca Juga: 5 Rahasia Ritual Ratu Paling Cantik di Eropa, Salah Satunya Maskeran dengan Selusin Telur
Karena reaksi yang tidak baik dari lingkungan, mereka tidak bisa bebas keluar.
Namun ketika mereka berusia 16 tahun, keluarga dan ibunya, Rosianne, mendorong mereka untuk lebih aktif ke publik dan melakukan vlogging online untuk terhubung dengan orang di seluruh dunia dan menyebarkan kesadaran tentang kondisi seperti mereka.
Mereka juga menunjukkan kehidupan mereka melalui YouTube dan Instagram, memberi tahu orang lain bahwa mereka bukan sekadar "gadis cacat".
Neev mengatakan bahwa kepala mereka memang bersatu, tapi bagian tubuh yang lain terpisah, sehingga dua orang memiliki 'kepribadian' sendiri. (*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, “Tak 'Seberuntung' Safa dan Marwa, Dua Gadis Ini Hidup dengan Kepala Menyatu Hingga Sekarang Tapi Mereka Mengubah Cara Pandang Orang Tentang 'Kecacatan'”