Thurston melanjutkan ini adalah masalah yang perlu ditangani dengan serius. Bukan hanya dalam hal perawatan tetapi juga dalam hal pencegahan.
Dari peserta penelitian, 19 persen melaporkan pelecehan seksual di tempat kerja, 22 % melaporkan riwayat penyerangan seksual, dan 10 % mengalami keduanya.
Baca Juga: Agar Tak Alot, Coba Tips Memasak Empal Daging yang Empuk dan Meresap Bumbunya
Serangan seksual dikaitkan dengan tingkat gejala depresi, kecemasan, dan kualitas tidur dalam rentang konsisten dengan gangguan klinis.
“Sudah dipahami secara luas pelecehan dan serangan seksual dapat berdampak pada kehidupan perempuan dan bagaimana mereka berfungsi, tetapi studi ini juga mengevaluasi implikasi dari pengalaman ini untuk kesehatan perempuan,” ujar Thurston.
Sementara itu seorang OB/GYN Dr JoAnn Pinkerton mengatakan para dokter harus menyadari pengalaman bertahun-tahun sebelumnya dalam kehidupan seorang wanita dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan kronis sekarang.
“Korban pelecehan seksual sering mengalami gejala emosional dan fisik selama bertahun-tahun. Kadang-kadang selama menopause, masalah-masalah tersebut muncul ke permukaan dengan semua perubahan hormon dan stres,” ujar Dr Pinkerton.
Baca Juga: Sudah Hidup Sejak Jaman Cretaceous, Katak Ungu 'Hidung Babi' ini Justru Baru Ditemukan Pada 2003
Ia menegaskan baik penyerangan dan pelecehan seksual adalah faktor risiko bagi kesehatan perempuan.
Dokter perlu bertanya tentang mereka dan mengenali peristiwa traumatik di masa lalu yang memengaruhi kesehatan mereka.
“Kami membutuhkan bantuan sosial untuk membuat para wanita mau menceritakan peristiwa masa lalu mereka ke dokter karena itu adalah faktor risiko penyakit jantung dan kesehatan mental,” katanya. (*)
Artikel ini telah tayang di Gridhealth dengan judul, “Mengaku Cuma Iseng dan Khilaf, Pelaku Begal Payudara Di Yogyakarta Ternyata Seorang Guru Honorer”