Tubuh secara normal mengeluarkan dopamin saat seseorang melakukan hobi, aktivitas seksual, makan, dan lain-lain.
Bagaimana penyalahgunaan bisa terjadi? Jangka pendek Hari menjelaskan, jangka pendek penggunaan metafetamin merangsang fungsi tubuh menjadi lebih segar karena sifat stimulan yang dikandungnya.
Baca Juga: Terciduknya Nunung Bak Bom Waktu yang Meledak Sejak Polo Tertangkap, Keluarga Polo:
Kondisi ini membuat tubuh seseorang lebih segar, sehingga aktifitas fisik, tekanan darah, denyut jantung, suhu badan meningkat, nafas lebih cepat, dan menurunkan nafsu makan.
Jangka panjang Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan permasalahan fisik atau mental.
"Semisal terjadi gangguan di gigi dan gusi (meth mouth), gangguan pada fungsi eksekutif sehingga proses penilaian dan pengambilan keputusan jadi terganggu," ujar Hari.
Terganggunya fungsi tersebut dapat meningkatkan perilaku dengan risiko tinggi, seperti menggunakan sabu dengan cara menyuntikkan dan bergantian jarum suntik antara satu orang dengan orang lain.
Baca Juga: Nunung dan Suaminya Terciduk, Akui Sempat Buang 2 Gram Sabu ke Toilet Seharga Rp 2,6 Juta
"Meningkatkan perilaku seksual berisiko, karena sabu juga akan mempengaruhi sexual drive. Sehingga pada akhirnya rentan juga tertular virus HIV, hepatitis B dan C serta penyakit menular seksual lainnya," tutur Hari.
Penggunaan sabu menimbulkan rasa candu dan berimbas pada kesehatan mental.
Beberapa gejala gangguan jiwa yang ditemui antara lain halusinasi, gangguan tidur, perilaku kekerasan, dan cemas berlebihan hingga paranoia.
Hari menegaskan, sabu merupakan zat dengan daya adiktif tinggi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berkaca dari Kasus Nunung, Ini yang Terjadi di Tubuh Pengonsumsi Sabu"