Grid.ID - pada zaman dahulu, perang masih sering dilakukan oleh masyarakat di penjuru dunia.
Motifnya berbeda-beda mulai dari memperebutkan wilayah hingga perang antar suku.
Begitu juga masyarakat antar suku di wilayah Kalimantan, yang saling memperebutkan kepala musuh.
Melansir laman Theculturetrip.com, Rabu (24/7/2019), perang yang memburu kepala di Kalimantan masih aktif dilakukan satu abad yang silam.
Baca Juga: Tampilan Puput Nastiti Devi dengan Perut Buncit bareng Ahok di Kalimantan Jadi Sorotan, Hamil?
Suku yang paling menakutkan diantaranya Sarawak Iban, Saburut Murut, dan Kadazan-Dusun.
Suku-suku tersebut bahkan memburu kepala musuh untuk dibawa pulang sebagai bukti kemenangan, maupun sebagai piala untuk ritual suku.
Bahkan beberapa menggunakannya untuk izin menikah di desa asalnya.
Kekuatan suku-suku di Kalimantan tersebut bahkan sempat membuat Inggris takut.
Baca Juga: Miliki Tinggi Badan 2,2 Meter, Rahmadi 'Manusia Tertinggi' di Berau Kalimantan Timur Viral
Melansir laman Theculturetrip.com, Inggris bahkan menyebut suku-suku di Kalimantan dengan 'Borneo Barbaric'.
Hingga kini, jika orang-orang mengunjungi wilayah Kalimantan, masih menemui tengkorak kepala yang menggantung di atap rumah Panjang.
Beberapa masyarakat di Kalimantan bahkan masih merawat tengkorak yang dibawa oleh para leluhur mereka, saat berperang.
Suku Iban
Sarawak Iban, populasinya mencapai 30 persen di wilayah Kalimantan.
Melansir laman Theculturetrip.com, pada abad ke-21 banyak masyarakat suku Iban menganut agama Kristen.
Pemenggalan kepala dilakukan saat para masyarakat mencoba untuk mempertahankan wilayah dan memperluas wilayah hidup mereka.
Bisa membawa pulang kepala musuh menjadi simbol kejantanan para lelaki yang berperang, dan menjadi barang yang sangat penting di sebuah perkawinan.
Suku Iban percaya dengan memotong kepala musuh bisa memberi kekuatan lebih pada pemilik.
Kekuatan tersebut berasal dari roh pemilik kepala.
Kegiatan ini dilarang oleh Sir James Brooke, dari Inggris pada tahun 1800, dilansir dari laman Theculturetrip.com.
Namun tradisi ini mulai muncul kembali saat pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II, dan saat upaya Indonesia menyerang Sarawak pada 1960-an.
Suku Murut
Suku Murut ditakuti oleh seluruh masyarakat di Kalimantan, karena tradisi pemenggalan kepalanya.
Di suku Murut, seorang pemuda wajib mengumpulkan minimal dua kepala untuk bisa dihormati.
Jika kurang dari itu, pemuda tersebut akan menerima sedikit rasa hormat.
Melansir laman Theculturetrip.com, sebelum menikah, seorang pemuda harus mendapatkan setidaknya satu kepala.
Bahkan yang lebih menakutkan adalah, pemuda suku Murut, memenggal kepala siapapun tanpa pandang jenis kelamin.
Hal tersebut demi syarat peralihan seseorang menuju kedewasaan.
Suku Kadazan-Dusun
Suku ini memenggal kepala untuk syarat spiritual.
Kepala dikumpulkan dari musuh yang menyerang dan digunakan sebagai bukti kemenangan.
Melansir Theculturetrip.com, korban-korban suku Kadazan-Dusun paling banyak adalah para pejuang.
Masyarakat suku Kadazan-Dusun percaya bahwa tubuh memiliki roh yang akan menuju ke Gunung Kinabalu, setelah meninggal.
Sorang prajurit muda di suku tersebut wajib memenggal kepala musuh.
Kemudian masyarakat mengadakan sebuah upacara untuk menenangkan jiwa si pemilik kepala.
Masyarakat di suku ini percaya bahwa kegiatan yang mereka lakukan dengan penuh semangat akan melindungi desa dari bencana.
Kepala yang dikumpulkan oleh leluhur suku Kadazan-Dusun masih dilindungi dan dirawat oleh masyarakat.
(*)