Grid.ID- Sudah sewajarnya bagi para tentara bayaranyang tergabung dalam Private Military Company (PMC) akan dikirim ke kawasan Irak dan Afghanistan.
Dalam penugasan, meskipun bukan anggota militer lagi mereka tetap berkoordinasi dengan militer AS dan memiliki persenjataan lengkap serta bekerja berdasarkan komando.
Namun, dalam situasi genting ketika para PMC terlibat baku tembak dengan milisi bersenjata, militer AS akhirnya turut terlibat sehingga menjadi tidak ada bedanya antara peran PMC dan militer AS. Lebih-lebih karena mereka menghadapi musuh yang sama.
Menjadi anggota PMC juga kerap dilakukan oleh para agen CIA yang sedang menyamar. Anehnya, para milisi Irak atau Afghanistan umumnya juga menganggap semua anggota PMC adalah agen CIA.
Dengan demikian dari sisi target serangan, para anggota PMC justru memiliki risiko ganda.
Setiap personil PMC yang dikirim ke medan tempur semuanya sadar bahwa dirinya memiliki risiko yang tinggi untuk kehilangan nyawanya.
Apalagi dalam setiap misinya saat melaksanakan tugas pengawalan personil PMC tidak mendapat perlindungan dari pasukan militer regular AS atau Irak.
Dengan bayaran tinggi yang diterima setiap harinya personil PMC yang secara motivasi bekerja di medan tempur demi uang memang bekerja dengan cara tersendiri.
Semua kebutuhan dipenuhi oleh institusinya dan mereka tinggal menjalankan tugas saat perintah tiba.
Namun jika fasilitas yang disediakan bagi PMC untuk menjalankan tugas berisiko tingginya tidak beres nyawa merekalah yang menjadi bayarannya.
Peristiwa yang berakibat fatal itu dialami oleh 4 personil Blackwater saat bertugas di Fallujah, Irak.