Find Us On Social Media :

Berikut Penanganan Jika Pendaki Alami Hipotermia di Gunung, Haruskah Disetubuhi?

By Dianita Anggraeni, Selasa, 30 Juli 2019 | 20:07 WIB

Mendaki Gunung

Menghindari cuaca ekstrim dengan berlindung dalam tenda atau bivak.

Mengenakan pakaian dan perlengkapan yang sesuai.

Meninggalkan catatan rencana perjalanan pada yg bertanggung jawab (jika ada perubahan cuaca pihak luar -misalnya ranger- bisa mengirimkan bantuan).

Memperhatikan asupan kalori, kalori yang cukup 2000-4000 kalori.

Menghitung kemampuan orientasi dan daya tahan tubuh.

Jika badai di ketinggian (lebih dr 5.000m) dimana angin bisa 100km/jam, pilihannya hanya berlindung hingga reda.

4. Berusasha untuk Terus Bergerak

Terus bergerak ketika tahu tujuan dan yakin di tujuan nantinya ada perlindungan.

Bergerak menghasilkan panas.

Dan sebaiknya menggunakan pakaian yang memadai karena panas akan tersimpan dalam pakaian pelindung yang memadai seperti jaket sarung tangan dan sebagainya.

Memang saat bergerak cadangan enerji tersalur/depleated, tapi bisa ditambah dengan memakan camilan.

Bergerak akan mempercepat ke tempat terlindung hingga berkurang waktu terekspos cuaca.

Baca Juga: Suasana Terkini Jelang Konser One Intimate Night With TULUS, Penggemar Antre Sejak Sore!

5. Skin to Skin, Bukan Disetubuhi

Yang seharusnya dipahami oleh siapapun yang akan mendaki gunung bahwa skin to skin sebagai upaya pertolongan saat hipotermia berbeda dengan bersetubuh.

Skin to skin juga merupakan cara terakhir yang dipilih jika hipotermia sudah parah.

Itupun dilakukan dengan cara masuk ke dalam sleeping bag, dan berpelukan.

“Cukup berpelukan dalam kantung tidur/selimut agar panas tubuh penyelamat berpindah ke penyitas/penderita.

(*)