Find Us On Social Media :

Berikut Penanganan Jika Pendaki Alami Hipotermia di Gunung, Haruskah Disetubuhi?

By Dianita Anggraeni, Selasa, 30 Juli 2019 | 20:07 WIB

Mendaki Gunung

Grid.ID - Mendaki gunung kini menjadi salah satu olahraga yang cukup digemari generasi milenial.

Ketika sudah berada dipuncak gunung, pendaki akan disuguhkan sebuah panorama keindahan alam yang tak ada duanya.

Namun ada berbagai risiko yang akan dihadapi ketika mendaki gunung.

Baca Juga: 5 Makanan Ini Bantu Memerangi Kanker Prostat, Kunyit Salah Satunya!

Cuaca, salah satunya. Ketika mendaki gunung cuaca terkadang tak bisa ditebak dan diprediksi.

Pendaki harus selalu hati-hati dan harus selalu siap menghadapi hal buruk yang akan terjadi.

Hipotermia salah satunya. Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.

Baca Juga: Atasi Serangan Vertigo Mendadak dengan Lima Langkah Mudah Ini

Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C.

Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C.

Ketika seseorang mengalami hipotermia digunung, hal itu bisa berbahaya.

Guna menghindari resiko ini, sudah selayaknya pendaki membekali diri dengan beragam ilmu, persiapkan fisik, serta peralatan memadai.

Baca Juga: Lakoni Adegan Sulit Film Danur 3, Kesehatan Prilly Latuconsina Menurun Hingga Rela Diinfus di Lokasi Syuting

Berikut ini beberapa hal yang perlu kamu tahu seputar hipotermia:

1. Kenali Gejala

Ada beberapa gejala ketika hipotermia menyerang.

Pertama kedinginan yang lama, kemudian menggigil sebagai usaha tubuh menaikan suhu dirinya sendiri yang artinya suhu inti menurun.

Mulai mengigau, tidak fokus, hingga pingsan.

Himbauan, jika berada diluar lama dalam suhu rendah/ basah/ angin kencang, sesama pendaki harus saling mengecek kondisi rekannya.

2. Lakukan Pertolongan

Beberapa tahapan pertolongan hipotermia di antaranya adalah dengan membawa korban ke tempat yang lebih hangat dan terhindar dari paparan udara dingin.

Pertolongan selanjutnya adalah dengan membuat korban tersadar jika pingsan, mengganti pakaiannya dengan pakaian kering, masuk sleeping bag atau selimut thermal, serta diberi asupan makanan minuman hangat saat korban sadar dan kondisi sudah stabil.

Baca Juga: Salman Khan Dikabarkan Beli Cincin Berlian untuk Iulia Vantur, Siap Menikah?

3. Lakukan Beberapa Hal untuk Mencegah

Menghindari cuaca ekstrim dengan berlindung dalam tenda atau bivak.

Mengenakan pakaian dan perlengkapan yang sesuai.

Meninggalkan catatan rencana perjalanan pada yg bertanggung jawab (jika ada perubahan cuaca pihak luar -misalnya ranger- bisa mengirimkan bantuan).

Memperhatikan asupan kalori, kalori yang cukup 2000-4000 kalori.

Menghitung kemampuan orientasi dan daya tahan tubuh.

Jika badai di ketinggian (lebih dr 5.000m) dimana angin bisa 100km/jam, pilihannya hanya berlindung hingga reda.

4. Berusasha untuk Terus Bergerak

Terus bergerak ketika tahu tujuan dan yakin di tujuan nantinya ada perlindungan.

Bergerak menghasilkan panas.

Dan sebaiknya menggunakan pakaian yang memadai karena panas akan tersimpan dalam pakaian pelindung yang memadai seperti jaket sarung tangan dan sebagainya.

Memang saat bergerak cadangan enerji tersalur/depleated, tapi bisa ditambah dengan memakan camilan.

Bergerak akan mempercepat ke tempat terlindung hingga berkurang waktu terekspos cuaca.

Baca Juga: Suasana Terkini Jelang Konser One Intimate Night With TULUS, Penggemar Antre Sejak Sore!

5. Skin to Skin, Bukan Disetubuhi

Yang seharusnya dipahami oleh siapapun yang akan mendaki gunung bahwa skin to skin sebagai upaya pertolongan saat hipotermia berbeda dengan bersetubuh.

Skin to skin juga merupakan cara terakhir yang dipilih jika hipotermia sudah parah.

Itupun dilakukan dengan cara masuk ke dalam sleeping bag, dan berpelukan.

“Cukup berpelukan dalam kantung tidur/selimut agar panas tubuh penyelamat berpindah ke penyitas/penderita.

(*)