Find Us On Social Media :

5 Mitos Ikan Dewa di Cirebon, Disebut Titisan Prajurit Prabu Siliwangi yang Apabila Mati Harus Dikubur dan Dibungkus Kain Putih

By Novita Desy Prasetyowati, Selasa, 30 Juli 2019 | 21:26 WIB

5 Mitos Ikan Dewa di Cirebon, Disebut Titisan Prajurit Prabu Siliwangi yang Apabila Mati Harus Dikubur dan Dibungkus Kain Putih

Grid.ID - Ikan dewa yang terdapat di Kuningan, Cirebon, Jawa Barat dikenal menyimpan banyak mitos.

Mitos ikan dewa di Cirebon salah satunya disebut sebagai titisan Prajurit Prabu Siliwangi.

Tak hanya disebut sebagai titisan Prajurit Prabu Siliwangi, ikan dewa di Cirebon juga memiliki banyak mitos lainnya.

Baca Juga: Kepala Bappenas Bocorkan Kandidat Pulau yang Bakal Gantikan Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara

Seperti yang diketahui, beredar kabar di publik bahwa ikan dewa merupakan titisan prajurit yang membangkang atau tidak setia pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi.

Mitos yang berkembang di tengah masyarakat Cirebon itu membuat ikan yang memiliki bentuk kepala mirip ikan mas itu dikeramatkan.

Selain itu, ikan yang juga kerap disebut dengan ikan kancra bodas itu mulai langka, sehingga harus dilestarikan.

Baca Juga: Tips Lari untuk Wanita yang Miliki Payudara Ukuran Besar, Perhatikan Hal ini!

Ikan dewa tersebut kini berada di kolam Objek Wisata Cibulan, Kuningan, Jawa Barat dan memiliki seorang pawang bernama Ujang.

Melansir dari laman Tribun Jabar, Ujang merupakan penjaga sekaligus pawang di objek wisata itu yang sudah sejak 2005 berlatih menangkap dan memelihara ikan dewa.

"Bisa nangkapnya ya karena belajar sendiri, sudah dari 2005," ujar Ujang.

Baca Juga: Adem Ayem Selama 5 Tahun Pernikahan, Dude Harlino dan Alyssa Soebandono Bagikan Tips Atasi Masalah Rumah Tangga

Ujang yang bisa menangkap ikan dewa hanya dengan tangan kosong itu mengaku bisa membedakan ikan-ikan dewa yang ada di sana.

"Nah, jadi dari sekian banyak ikan ini, dari puluhab ikan, hanya ada sekitar dua puluh saja yang bisa dibawa atau ditangkap. Yang dua puluh itu ada tandanya sendiri, cuma saya yang tahu tandanya," kata Ujang.

Lalu apa saja sebenarnya mitos ikan dewa yang ada di objek wisata tersebut?

Baca Juga: Beda Usia 11 Tahun dari sang Suami, Alyssa Soebandono Bagikan Pandangannya Tentang Pernikahan

Dilansir Grid.ID dari tayangan Silet di YouTube RCTI - INFOTAINMENT pada Selasa (30/7/2019), berikut mitos tentang ikan dewa yang merupakan jelmaan prajurit Siliwangi yang dikutuk oleh Raden Kian Santang.

1. Titisan Prajurit Prabu Siliwangi dan Hanya Melahirkan Sesudah Magrib

"Jadi dulunya prajurit Prabu Siliwangi, disuruh nggak mau, akhirnya dikutuk sama Eyang Prabu Kian Santang jadi ikan," ucap Eyang Suhada, Juru Kuncen Objek Wisata tersebut.

Baca Juga: Kocak! Chika Jessica dan Dwi Andhika Parodikan Adegan Film 'Titanic'

Eyang Suhada juga mengungkap pembuktian tentang mitos tersebut bahwa ikan-ikan itu hanya melahirkan sesudah magrib.

"Pembuktiannya sampai sekarang, ikan itu melahirkannya sesudah magrib, melahirkannya itu tujuh," ungkap Eyang Suhada.

2. Ciri Fisik yang Unik

Baca Juga: Jadikan Uang Rupiah Untuk Mahar Kini Bisa Didenda Rp 1 Miliar!

Ikan dewa memiliki kepala yang mirip dengan ikan mas, sedangkan badannya seperti ikan arwana.

Ikan yang memiliki nama ilmiah Tor douronensis itu bisa memiliki panjang sekitar 60 centimeter, dengan sisik berukuran besar.

Selain itu, sisik ikan dewa juga umumnya berwarna gelap.

Baca Juga: Bikin Kerasan Napi, Penjara di Pulau Terpencil Norwegia Berikan Fasilitas Mewah dan Gaji untuk Tahanannya

Tak hanya itu, melansir dari laman bobo.grid.id, ikan dewa juga tidak berbau amis seperti ikan pada umumnya.

3. Kolam yang Selalu Bersih dan Ikan yang Menghilang Jika Tidak Ada Air

Selain tidak berbau amis, ikan dewa juga selalu berada di dalam kolam yang terjaga kebersihannya.

Baca Juga: Adu Kuat Squat Jump 1000 Kali, Dua Gadis 19 Tahun Dilarikan ke Rumah Sakit Karena Kerusakan Otot

Bahkan, ikan dewa disebut-sebut akan hilang apabila air di dalam kolam hilang.

Namun, ketika kolam terisi air, ikan-ikan itu akan kembali.

4. Dilarang Membunuh dan Memakan Ikan Dewa

Baca Juga: Vicky Prasetyo Laporkan Angel Lelga atas Dugaan Perzinaan, Polisi: Sudah Kita Hentikan

Ikan dewa juga dilarang untuk dibunuh apa lagi dimakan.

Pasalnya, habitat ikan ini langka karena berada di daerah hulu sungai yang memiliki aliran air yang cukup deras, jernih, memiliki oksigen yang tinggi, suhu air dingin, dan dasar perairan berbatu.

Di Kalimantan, Jawa, Sumatera, ikan ini bahkan dianggap keramat dan suci.

Baca Juga: Bagikan Potret Kelewat Mesra, Siti Badriah dan Krisjiana Baharudin Tuai Kritikan!

Beberapa cerita mistis tentang orang yang berusaha membunuh dan memakan ikan ini juga banyak beredar di warga Cirebon.

"Ada orang Palembang, memfoto ikan, itu di kamera HPnya sepotong (kepala) manusia, sepotong (badan) ikan, makannya orang-orang kampung sini saja nggak ada yang berani membunuh apalagi memakannya," ucap Eyang Suhada.

Selain itu, ikan dewa juga terasa hambar apabila dimakan.

Baca Juga: Panitia Abaikan Larangan Petugas Imigrasi, DJ Cantik Asal Indonesia Kena Razia Saat Hibur Pengunjung Kelab Malam Malaysia

"Sekalipun dibumbuin apa juga, seenak mungkin, nggak bakal ada rasa," ucap Eyang Suhada.

Bahkan, jika ada orang yang mengambil ikan dewa dan membawanya pulang, ikan tersebut juga akan menghilang.

Bahkan, ada pengunjung yang mematikan ikan tersebut justru mengalami kejadian mistis, yaitu lidahnya keluar seperti tercekik.

Baca Juga: Gantikan Posisi Nunung Sementara, Artis Cantik Ini Resmi Bergabung dengan Sule dan Andre dalam Acara Ini Talkshow

5. Ikan Dewa Mati Tenggelam dan Dikubur dengan Kain Putih

Tak seperti ikan mati pada umumnya yang mengapung, ikan dewa mati justru tenggelam di dasar kolam.

Selain itu, ikan dewa juga harus dikubur bahkan dibungkus kain putih.

Baca Juga: Kepulangannya Kini Dinanti Keluarga, TKW Sri Wahyuni Berhasil Melarikan Diri Usai 1,5 Tahun Disiksa Majikan di Arab Saudi Hingga Hampir Hilang Kontak

Hal ini lantaran, apabila tidak dibungkus kain putih, ikan dewa yang sudah dikubur akan kembali ke atas tanah.

"Kalau mati dikubur, kalau nggak dibungkus besoknya di atas tanah lagi, jadi minta dibungkus kain putih didoain, udah," pungkas Eyang Suhada. (*)