Laporan Wartawan Grid.ID, Mia Della Vita
Grid.ID - Unggahan yang berisi kisah seorang bocah pergi ke sekolah menggunakan baju kotor dan tanpa alas kaki tengah ramai dibahas di media sosial.
Informasi tersebut diunggah pertama kali oleh akun Instagram @rohayatun7 pada Senin (22/7/2019).
Rohayatun yang mengaku sebagai guru anak itu mengunggah tiga foto dan dua video singkat.
Baca Juga: Viral Postingan Buah Pisang Disuntik Darah Penderita HIV, Inilah Fakta Sesungguhnya!
Rohayatun menceritakan betapa sangat memprihatikan kondisi siswanya yang bernama Jodi.
Jodi berasal dari keluarga tidak mampu. Namun, ia memiliki semangat belajar tinggi.
Menurut penelusuran wartawan Kompas, Senin (9/7/2019) pagi, tempat tinggal Jodi memang sangat memprihatinkan.
Baca Juga: Viral! Tangan Seorang Anak Terjepit Pintu Lift Saat Ibunya Asik Main Ponsel
Bocah berusia 7 tahun itu tinggal di Dusun Pahing, RT 001 RW 003, Desa Margabakti, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Mengutip laporan Kompas, Selasa (30/7/2019), dia hidup bersama neneknya Sati (60) dan kakeknya Rakun (70).
Dua kakaknya, Dayat (18) dan Mulya (15), juga tinggal bersama kecuali Ani (9) yang tinggal bersama orangtua angkatnya.
Sobirin, bapak kandung Jodi, telah meninggal dunia beberapa tahun lalu karena terserang penyakit.
Baca Juga: Viral Penampakan Pocong di Google Maps, Denny Darko Buka Suara
Sementara ibu kandungnya, Ita, sudah kembali berkeluarga.
Lima orang itu, Jodi, Sati, Rakun, Dayat, dan Mulya harus berbagi tempat dalam bangunan seluas 3 x 6 meter persegi.
Tak hanya sempit, kondisi bangunan itu juga sudah tidak layak untuk ditinggali.
Bagian atap yang berbahan genteng bercampur asbes sudah banyak yang rusak.
Pada saat hujan, air seringkali masuk hingga menggenangi permukaan lantai.
Baca Juga: Viral, Pria Sampang yang Mati Hidup Kembali, Kedoknya Terbongkar Karena Kakinya Digelitik Warga
Rumah Jodi tidak memiliki kamar mandi, sehingga mereka buang air kecil dan air besar ke kebun di sekitar rumah.
Saat malam tiba, mereka bertahan hidup gelap gulita selama beberapa tahun dan baru mendapatkan sedikit aliran listrik belum lama ini.
Selama ini, Rakun yang menjadi tulang punggung keluarga hanya bekerja serabutan, namun penghasilannya yang jauh dari kebutuhan.
Keluarganya sangat mengandalkan bantuan pemerintah setiap bulan untuk dapat makan nasi.
Baca Juga: Viral! Niat Hati Dandan Cantik di Salon, YouTuber Ini Kaget Wajahnya Malah Jadi Mirip Annabelle
"Dua belas tahun di sini. Pokoknya kerja apa aja yang ada untuk makan."
"Jadi ga ada punya kerjaan yang matok. Makan pun seadanya, kalau asin ya asin (ikan asin), kalau garam ya hanya garam, kalau cabe, ya cabe, ya gitulah," kata Rakun.
Kondisi itu membuat Rohayatun, salah satu guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Margabakti, Kecamatan Kadugede, merasa prihatin.
Rohayatun menceritakan bahwa awalnya Jodi sering main ke sekolah menggunakan pakaian bermain yang kotor setiap pagi.
Dia tidak punya sandal sehingga selalu telanjang kaki.
Saat main di sekolah, dia kerap memperhatikan anak-anak sekolah dari luar gerbang.
Akhirnya, sejumlah guru mendekatinya untuk mengajaknya sekolah.
"Kemudian Bu Dini mengajak saya belanja beli baju (seragam). Kami beli baju, belanja semua kebutuhan Jodi."
"Pas hari Selasa, saya tungguin enggak datang-datang. Tiba-tiba rada siang dia main ke sekolah, dan saya bujuk akhirnya mau," kata Rohayatun.
Rohayatun kemudian memandikan Jodi di kamar mandi ruang guru.
Ia memakaikan seragam, sepatu, tas, dan semua kebutuhan belajar Jodi.
Tidak cukup sampai di situ, dia dan sejumlah guru di sekolah itu juga memberikan sarapan untuk Jodi.
"Saya suapin makan pakai ayam. Kata Jodi enak, kalau di rumah makannya pakai lauk asin (ikan asin). Saya sedih."
"Apalagi pas minum susu, enggak tahu pernah minum susu atau enggak karena minumnya langsung habis tanpa jeda. Sedih banget lihatnya, saya kasihan," ungkap Rohayatun.
Baca Juga: Viral Hubungan Terlarang Kakak Adik di Luwu, Ternyata Ini Bahaya Menikahi Saudara Kandung Sendiri
Guru olahraga di SDN Margabakti ini menyebut, Jodi berangkat ke sekolah menggunakan pakaian bermain dan belum mandi karena tidak ada air di rumahnya.
Dirinya bersama guru-guru di sekolah rela memandikan Jodi setiap pagi.
Mereka rela menjadi orangtua asuh Jodi semata-mata hanya ingin memenuhi hak pendidikan bagi Jodi.
Mereka tidak ingin Jodi bernasib sama seperti sebagian besar keluarganya yang putus sekolah. (*)