Grid.ID – Banten diguncang gempa berkekuatan 7,4 magnitudo pada jumat (2/8/2019) pukul 19:00 WIB.
Gempa di Banten ini seolah menguatkan keputusan pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Kalimantan.
Namun, benarkah Kalimantan aman dari gempa bumi? Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Beberapa saat Donggala dan Palu diterjang gempa yang disusul tsunami pada September 2018 lalu, beredar sebuah ilustrasi yang menunjukan titik-titik wilayah di Indonesia yang pernah terjadi dalam kurun waktu 1973-2013.
Baca Juga: Gempa 7,4 Magnitudo Guncang Banten: Prilaku Aneh Hewan ini Jadi Pertanda Akan Adanya Gempa
Dalam foto tersebut terlihat betapa banyak dan seringnya gempa menimpa wilayah di Indonesia.
Namun, jika dicermati lebih teliti ada sebuah fakta unik dari ilustrasi tersebut: pulau Kalimantan nyaris 'bersih' dari jejak gempa.
Ya, pulau yang kelak akan jadi ibu kota Indonesia tersebut jarang sekali mengalami gempa.
Namun, benarkah Pulau Borneo sangat aman dari ancaman gempa bumi, dan juga tsunami?
Mengutip laman geomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi.
Baca Juga: Popok Hingga Plastik, Indonesia Kirim Balik 7 Kontainer Sampah ke Hong Kong dan Prancis
Ini terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di wilayah Ranau dan gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.
Hingga kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim.
Secara garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.
Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.
Zona tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.
Baca Juga: Sumur Kuno ini Sering Kaluarkan Suara Berdengung, Ternyata Ada Ruang Rahasia di Dalamnya
Sementara, letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil secara tektonik.
Namun, benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?
Ternyata jawabannya tidak.
Pulau Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.
Risiko guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi dataran Pulau Kalimantan.
Sementara itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.
Baca Juga: Diary Merah Putih Aurellia Jadi Saksi Bisu, Tuliskan Hal ini yang Menjadi Firasat Kepergiannya
Secara umum sesar-sesar di Pulau Kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara – selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut.
Lipatan yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya – timur laut.
Pola struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi sebelumnya.
Berdasarkan kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan.
Yakni, Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar.
Di samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Inilah yang menyebabkan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari risiko gempa bumi.
Selengkapnya, kamu bisa membaca artikelnya di sini. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul “Jarang Terjadi Gempa, Benarkah Pulau Kalimantan Sepenuhnya Aman dari Gempa Bumi?”