Grid.ID - Ramai diiberitakan aktivitas di Gang Dolly, Surabaya saat ini kembali marak.
Tribunnews.com (21/1) memberitakan bahwa tujuh orang, termasuk mucikari, telah diamankan polisi karena praktik prostitusi.
Padahal sejak 19 Juni 2014 lalu kawasan tersebut telah resmi ditutup.
Sebenarnya pada waktu penutupannya, muncul pro kontra. Tetapi sesungguhnya protes pertama sudah terjadi puluhan tahun sebelumnya. Ini menyangkut penggunaan nama "Dolly".
Siapa yang pertama melayangkan protes? Ya, Dolly sendiri. "Kenapa kok (pakai) namaku? Padahal germo di sana kan banyak?" tanyanya pada tahun 1990-an.
Sosok Dolly memang seperti legenda. Legenda dalam dunia persyahwatan di Surabaya. Sohor, tetapi jarang sekali bisa dijumpai.
Orang kerap berasumsi ia adalah seorang germo, perempuan, keturunan Belanda. Ada yang bilang namanya Dolly van der Mart. Desas-desus lain menyebutkan dia sebenarnya seorang lelaki.
Sebab sebagai germo panggilannya bukan "Mami" tetapi "Papi Dolly". Benarkah? Tidak. Lalu?
Jadi, siapa sebetulnya Dolly?
Dolly adalah nama panggilan. Nama lengkapnya Advenso Dollyres Chavit. Chavit adalah nama ayahnya, seorang Filipina. Ibunya bernama Herliah, orang Jawa. Dolly lahir sekitar tahun 1929.
"Aku ini hanya sekolah mindho (level SMP). Itu pun tidak tamat karena ada perang. Ibuku pun bukan orang yang mampu. Maka hidupku biasa-biasa saja, tidak ada peningkatan," tutur Dolly kepada Bambang Andrias, kontributor Majalah Jakarta-Jakarta, 27 tahun silam.