Sebagai pemeran utama, Adipati Dolken juga mengaku harus betul-betul memahami isi buku 'Perburuan' sebelum akhirnya proses syuting dimulai.
Menurutnya, pesan yang kelak tersampaikan ke penonton tidak boleh sampai keliru.
"Yang pasti harus mengerti dulu karena kan ini ngomongin sastra dan dari buku Pram. Ada beban yang berat kalo sampai disampaikan dengan salah," kata Adipati.
Karenanya, Adipati yang kerap disapa Dodot ini juga harus melakukan proses penggodokan agar dapat memerankan tokoh Hardo dengan tepat.
Apalagi mengingat dialog yang harus diucapkannya sangat panjang dan bermuatan unsur sastra yang sangat kental.
"Kita perlu brainstorm dulu dan mengerti bahasa yang jadi dialog kayak gimana," ucap Dodot.
"Bahasa itu jadi kesulitan juga karena bahasanya sastra banget dan panjang banget," pungkasnya.
Baca Juga: Beradegan Ciuman dengan Rio Dewanto, Jessica Mila: Aku Juga Nyaman
Cucu Pramoedya Ananta Toer, Angga, menuturkan bahwa novel karangan sang kakek ditulis pada tahun 1949 di dalam penjara di Bukit Duri, Jakarta Selatan.
"Saat itu Pram dipenjara oleh Belanda. Naskah ini kemudian diselundupkan Pram melalui sahabatnya Prof GJ Resink dan sampailah naskah itu ke tangan HB Jassin," kata Angga.
"HB Jassin kemudian mengikutsertakan naskah Perburuan ke sayembara Balai Pustaka tahun 1949 dan sukses meraih juara satu," lanjutnya.
Film 'Perburuan' akan ditayangkan serentak di seluruh bioskop Tanah Air bersamaan dengan penayangan film 'Bumi Manusia' pada 15 Agustus 2019 mendatang.
(*)