Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Selama berabad-abad wanita di Tiongkok mempunyai standar kecantikan yang ekstrim.
Melansir dari ThoughtCo, wanita Tiongkok akan dinilai cantik dan elegan jika memiliki kaki yang kecil.
Maka demi memperoleh kaki yang kecil itu mereka akan mengikat kakinya erat dengan perban dimana jari-jarinya ditekuk ke bawah telapak kaki serta mengikat bagian depan dan belakang sehingga membentuk lekukan yang tinggi.
Praktik ini dikenal dengan nama 'Lotus Feet'.
Baca Juga: 6 Hantu Menyeramkan di Film Scary Stories To Tell In The Dark, Hati-hati Bikin Tidurmu Tak Nyenyak!
Kaki kecil juga menjadi simbol kekayaan pada kala itu karena wanita dengan kaki kecil tidak harus bekerja keras yang mengharuskan mereka berdiri lama atau berjalan jauh.
Bahkan ukuran kaki ini juga menentukan mahar seorang wanita.
Semakin kecil kaki wanita maka akan semakin tinggi mahar yang harus dibayar untuk menikahinya.
Ada tiga penyebutan ukuran untuk ini, yang pertama jika ukurannya lebih dari empat cun (satuan panjang di Tiongkok yang sama dengan 3.3 sentimeter) disebut sebagai 'iron lotus'.
Kemudian yang berukuran dibawah 4 cun disebut 'silver lotus' dan yang dibawah 3 cun disebut 'golden lotus'.
Baca Juga: Album Barunya Belum Rilis, Band NOAH Sudah Dijadwalkan Tur Keliling Indonesia
Sejarah
Banyak versi yang beredar tentang tradisi mengikat kaki ini.
Ada yang menyebutnya berawal dari Dinasti Shang (1600-1046 Sebelum Masehi).
Raja terakhir dinasti itu, Raja Zhou, memiliki selir favorit di istana bernama Daji yang lahir dengan kaki pengkor.
Berdasarkan sejarah, Daji yang jahat kemudian memerintahkan seluruh wanita istana untuk mengikat kaki mereka agar sama dengannya.
Namun versi lain yang menyebut, praktik ini muncul sejak kekaisaran Li Yu dari Dinasti Tang Selatan (961-976 Masehi).
Saat itu di istana ada satu selir yang sangat disenangi raja bernama Yao Niang.
Dia kerap menyenangkan raja dengan menari 'lotus dance'.
Namun sebelum menari dia mengikat kakinya menggunakan kain sutra putih hingga berbentuk seperti bulan sabit, hampir sama seperti kaki balerina.
Melihat penampilannya ini, Yao Niang pun mendapat pujian dari raja dan seketika menjadi kiblat bagi wanita-wanita Tiongkok saat itu.
Baca Juga: Putus dan Sudah Tak Sayang, Ali Syakieb Nggak Akan Baper Lihat Citra Kirana di Medsos
Bahaya
Alih-alih menjadi cantik, sebenarnya praktik ini membahayakan kesehatan wanita Tiongkok.
Praktik ini kerap menimbulkan masalah-masalah umum seperti infeksi.
Maka untuk menghindari infeksi mereka sering memotong kukunya atau bahkan mengelupasnya.
Selain itu, ikatan pada kaki ini akan menyebabkan peredaran darah tidak lancar.
Sehingga, ketika terjadi infeksi pada kaki akan sulit sembuh bahkan bisa menyebabkan pembengkakan dan pembusukan.
Pembusukan ini akan semakin parah hingga menjalar ke tulang-tulang jari-jari mereka dan kemudian rontok.
Namun, tak jarang hal ini malah dimaknai baik pada saat itu karena dinilai akan lebih leluasa dalam melipat kakinya.
Bahkan ada yang sengaja melukai kakinya agar terjadi pembusukan dan pelunakan kaki sehingga akan lebih leluasa bagi mereka untuk lebih melipat kakinya.
Beruntung, sejak 1912 praktik ini sudah dilarang oleh pemerintah Tiongkok.
Bahkan bagi mereka yang nekat melakukan praktik ini akan dikenakan denda.
(*)