Cara ini pun dikritik karena tak lazim, di mana MSG umumnya diasup lewat makanan.
Selain itu, dosis yang diberikan kepada tikus percobaan itu sangat tinggi, dan tak mungkin diterapkan pada manusia.
Hasilnya pun tak mengherankan, karena dosis yang tinggi, maka berdampak merusak otak.
"Dugaan saya (anggapan generasi micin), dari penelitian tikus tadi dikonotasikan, dipelintir, dan jadi mitos. Padahal kita tak mungkin kuat mengasup MSG dengan dosis sangat tinggi," ungkap Hardinsyah di Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Berdasarkan penelitan dari Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST Center) IPB pada 2007, konsumsi MSG harian orang Indonesia sekitar 0,7 gram per orang per hari.
Jumlah ini lebih sedikit dari konsumsi MSG di Amerika Serikat kurang dari 1 gram per orang per hari dan Jepang 2 gram per orang per hari.
(BACA : Ternyata Broken Heart Bisa Bikin Kamu Terkena Serangan Jantung loh, Hati-hati ya!)
Hardinsyah mengatakan WHO dulu membatasi konsumsi harian MSG di bawah 5 gram.
Namun, penelitian selanjutnya tak menemukan efek berbahaya saat mengonsumsi berlebih.
"Sehingga disebutkan batasan hariannya secukupnya, karena tidak menemukan batas atas. Nah, secukupnya tadi batas optimum yang dirasakan manusia, yaitu ketika 0,4 persen dari berat."
Dia menambahkan, "Sederhananya mau buat nasi goreng 100 gram, jadi membutuhkan 0,4 persen atau 0,4 gram MSG. Kalau lebih dari itu? Enaknya menurun, kalau sangat kurang? Juga enggak seenak itu," ungkap Hardinsyah.(*)
(Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul : "Benarkah Efek "Micin" Seburuk Itu?")