Namun, betapa hancur perasaannya saat tahu namanya tiba-tiba hilang dari daftar ketika sudah memasuki tahap karantina.
"Dah ikut pengukuran baju, pengukuran sepatu. Baru ketika karantina, nama saya nggak keluar," ungkap Koko dengan mata berkaca-kaca.
Dibesarkan sebagai anak yatim yang penuh dengan keterbatasan, Koko ternyata menyimpan harapan besar di balik bergabungnya ia ke seleksi paskibra kabupaten.
Usut punya usut, ia bermaksud mengikuti seleksi paskibra kabupaten agar memuluskan cita-citanya menjadi anggota TNI.
Namun alih-alih mendapat sertifikat, kegagalan ini membuatnya harus menelan kekecewaan besar.
"Ya kecewa sedih semua deh kak. Karena saya pikirkan dengan ikut itu, saya dapat sertifikatnya, jadi saya pikir untuk mendaftar sebagai anggota TNI jadi gampang. Jadi karena sekarang gagal, mau bagaimana lagi lah kak, kecewa," ucap Koko.
Dirundung kesedihan, Koko berharap agar ke depannya panitia bisa bersikap lebih adil karena menurutnya mereka menggantikan dirinya dengan orang yang tak pernah mengikuti seleksi sama sekali.
"Ya kalau untuk panitia, kalau bisa yang lebih adil lagi. Kalau memang menggantikan saya, gantikan dengan yang ikut seleksi yang lebih pantas dari saya. Jangan yang enggak ikut seleksi dimasukkan waktu karantina," pungkasnya.
Belakangan terungkap sosok yang menggantikan posisi Koko Ardiansyah di paskibra kabupaten bukanlah orang biasa.