Ketika bangun, Ibu bilang kalau dokter telah menyuntikan obat ke tubuhku.
Suatu hari aku bangun dengan perban di bagian bawah tulang punggungku, kata Ibu perban itu dipasang oleh Beth, perawatku, untuk menutupi lubang tempat kankerku diobati.
Beth selalu datang ke rumah, tapi aku tak pernah melihatnya, hanya ada perban yang selalu menutupi tulang punggungku.
Aku mempunyai rambut pirang panjang, mahkotaku.
Tapi suatu pagi aku berteriak ketakutan karena melihat rambutku sudah hilang, aku botak.
Ibu bilang bahwa Beth telah memangkas rambutku ketika tidur, karena kemoterapi telah membuatnya rontok.
Karena malu, akhirnya aku menggunakan topi.
(BACA: Orangtua Siksa Putrinya Hingga Meninggal, Begini Pengakuan Mengejutkan Mereka Saat di Pengadilan)
Teman-teman dan guruku sampai mendonasikan masing-masing $5 (Rp 66 ribu) untuk pengobatanku.
Sebuah artikel muncul dan bantuan uang pun datang dari berbagai penjuru.
Orang-orang Gereja telah mendonasikan $7,000 (Rp 93 juta) dari penjualan kue, serta masih banyak donasi lainnya yang diberikan kepada ibuku.
Namun suatu hari aku diberikan kabar yang sangat mengejutkan, Ibu bilang aku hanya punya waktu seminggu untuk hidup.