Grid.ID - Kisah perjuangan seorang Paskibraka Nasional bernama Muhamat Asraf (17) mungkin menjadi sekelumit spirit perjuangan yang musti ditiru jelang HUT ke-74 RI.
Di balik semaraknya HUT ke-74 RI, ada secuil kisah perjuangan Muhamat Asraf yang jauh dari kata mudah.
Melawan kerasnya hidup berbekal tekad kuat, Muhamat Asraf berhasil jadi salah satu Paskibraka Nasional dan membanggakan ibundanya.
Sebagaimana diberitakan oleh Kompas.com sebelumnya, Asraf adalah salah satu anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang mewakili Provinsi Riau di tingkat nasional.
Asraf adalah siswa SMA Negeri 1 Kampar Kiri Tengah, Kampar Riau.
Bersama seorang rekan satu provinsinya yang bernama Tri Setya Negara Putri, Asraf nantinya akan menjadi salah satu pengibar sang Saka Merah Putih pada Upacara HUT ke-74 RI di Istana Negara, hari ini (17/8/2019).
Asraf berhasil menyisihkan deretan calon anggota Paskibraka dari seluruh Riau, membanggakan ibundanya dan tentu sang Ayah yang telah lebih dahulu berpulang.
Ada sebuah kisah menarik dalam perjuangan Asraf menjadi Paskibraka.
Berbekal sepatu robek kepunyaan tetangga, Asraf berhasil maju mewakili provinsinya dan bakal tampil di Istana Negara.
Tentu saja keberhasilan Asraf ini bak mimpi bagi Atik, seorang buruh serabutan di kebun sawit dan karet.
Atik pun meluapkan rasa bangganya terhadap sang Anak, kala dijumpai media pada Rabu (14/8/2019).
"Alhamdulillah, saya bangga sekali.
"Sungguh tidak menyangka Asraf bisa lolos ke tingkat pusat," kata Atik sebagaimana Grid.ID kutip dari pemberitaan Tribunnews.com.
Selama ini, sejak tahu Asraf bercita-cita jadi Paskibraka, Atik selalu memberi dukungan penuh.
Pun saat anaknya minder karena tak punya sepatu, Atik-lah yang akhirnya meminjam sepatu ke tetangganya, meski akhirnya mendapat sepatu yang kondisinya sudah robek.
Baca Juga: Inilah Alasan Keluarga Aurellia, Paskibraka Kota Tangsel yang Tewas, Tak Tempuh Jalur Hukum
Atik bercerita, saat mula latihan, Asraf sempat muntah-muntah setibanya di rumah.
Ini rupanya adalah awal mula Atik tahu kalau anaknya ikut seleksi Paskibraka.
"Saat itu dia muntah sampai di rumah.
"Dia bilang tadi ikut Paskibraka," lanjut Atik.
Asraf, menurut Atik, selama ini memang bercita-cita jadi polisi.
Awal mula ketertarikan anaknya dengan dunia baris-berbaris ini juga sejak Asraf sering melihat upacara HUT RI di televisi.
Tak disangka, berawal dari melihat di televisi, Asraf hari ini bakal benar-benar tampil di TV dan melakukan sebuah hal yang jadi impiannya selama ini.
"Kami sangat bersyukur dan tim seleksi profesional.
"Kali ini mungkin baru anak jelata bisa masuk (Paskibraka) tingkat nasional," ucap Atik.
Atik berkata seperti itu mungkin karena menilik kondisi finansial keluarganya yang kurang mampu.
Kadang dalam sehari, Atik hanya mendapat upah senilai Rp 75 ribu.
Tak ayal, Asraf terkadang tidak dibekali uang kala mengikuti seleksi Paskibraka.
Baca Juga: Sebelum Sukses Jadi Sutradara, Joko Anwar Pernah Jadi Paskibraka di Istana Negara
Keluarga Asraf juga tinggal d sebuah rumah bantuan Pemerintah Kabupaten Kampar yang dibangun di atas tanah milik saudaranya.
Sebelumnya, Atik dan anak-anaknya tinggal di sebuah rumah kayu yang dipinjamkan oleh kakak ibunya.
Tentu saja dengan bergabungnya Asraf menjadi Paskibraka Nasional, Atik jadi jarang berjumpa putra tercintanya itu.
Ia mengaku sangat rindu kepada Asraf, namun di atas semua itu Atik mengharapkan anaknya bakal sukses saat menjalankan tugas nanti.
"Saya kangen sekali sama dia.
"Dia enggak pegang HP jadi enggak bisa dihubungi.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Paskibraka Pembawa Baki Upacara Penurunan Bendera
"Saya harap Asraf sukses saat pengibaran bendera nanti," pungkas Atik. (*)