Find Us On Social Media :

Heboh Dosen UGM Gantung Diri, Berikut Fakta dari Gangguan Kesehatan Mental yang Bisa Menimpa Siapa Saja

By Ruhil Yumna, Sabtu, 17 Agustus 2019 | 09:15 WIB

Heboh Dosen UGM Gantung Diri, Berikut Fakta dari Gangguan Kesehatan Mental yang Bisa Menimpa Siapa Saja 

Laporan Wartawan Grid.ID, Ruhil I. Yumna

Grid.ID - Kabar duka bagi keluarga besar Universitas Gajah Mada (UGM). Diberitakan jika salah satu dosen UGM gantung diri pada Kamis (15/08/2019) kemarin.

Dosen UGM gantung diri itu meninggal di teras rumahnya, daerah Nyutran, Wirogunan, Mergangasan, kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kapolsek Mergangsan, Kompol Tri Wiratmo, mengatakan dosen UGM gantung diri itu adalah Budi Setiyanto (55).

Baca Juga: Remaja Ini Alami Gangguan Mental Skizofrenia Setelah Dicakar Kucing

Mendiang adalah salah satu Dosen Fakultas Teknik Elektro UGM.

Diduga almarhum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya lantaran diduga depresi penyakitnya tak sembuh-sembuh.

Kesehatan mental menjadi atu hal penting yang jarang diperhatikan oleh orang banyak, khususnya masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Doyan Belanja? Hati-hati Tanda Gangguan Mental

Kesadaran masyarakat Indonesia dirasa kurang dalam hal kesehatan mental.

Banyak yang masih mengaitkan kesehatan mental dan hal klenik dan religiusitas saja.

Gangguan kesehatan mental memang dapat menyerang siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Berikut ini fakta-fakta seputar kesehatan mental yang dikeluarkan badan PBB di bidang kesehatan atau World Health Organization (WHO).

Baca Juga: Seorang Remaja Alami Gangguan Mental Usai Dicakar Kucing, Begini Penjelasan Dokter

1. Tak disangka 20 persen penderitanya adalah anak dan remaja

Sekitar 20 persen anak-anak dan remaja di dunia alami gangguan dan permasalahan mental.

Salah satu hal yang diduga menjadi penyebab golongan muda mengalami itu adalah Neuropsikiatri (gangguan syaraf dan mental).

Lebih dari setengah kasus gangguan mental terjadi pada usia 14 tahun.

Kebanyakan negara dengan pendapatan rendah dan sedang hanya memiliki seorang psikiater anak untuk setiap 1-4 juta penduduknya.

Baca Juga: Remaja Berusia 14 Tahun Ini Mendadak Alami Gangguan Mental Pasca Dicakar Kucing!

2. Penggunaan obat

Parahnya penggunaan obat-obatan secara sembrono menjadi penyebab utama gangguan kesehatan mental di seluruh dunia.

3. Mengakhiri hidup

Lebih dari 800 ribu orang setiap tahunnya meninggal dunia karena bunuh diri.

Bunuh diri sendiri menjadi penyebab terbesar kedua kematian yang terjadi pada usia 15-29 tahun, setelah penyalahgunaan narkotika dan alkohol.

Sekitar 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara yang berpendapatan rendah hingga sedang.

Penanganan secara dini dan efektif menjadi kunci agar para penderita gangguan ini segera mendapatkan penanganan yang layak.

Baca Juga: Minta Direhabilitasi, Reza Bukan Alami Gangguan Mental Karena Narkoba

4. Penyakit

Penyakit-penyakit fisik yang sulit sembuh dinilai mampu memicu seseorang mengalami gangguan mental.

Hal inipun berlaku kebalikannya.

Penyakit seperti HIV, penyakit kardiovaskular, dan diabetes bisa meningkat resikonya saat kita mengalami gangguan mental.

5. Stigma masyarakat

Seringkali ketidakpahaman dan stigma masyarakat menjadi penyebab para keluarga pengidap gangguan kesehatan enggan melarikan anggota keluarganya kepada para ahli.

Hal inipun menjadi sebuah hal yang dianggap wajar, bahkan ada beberapa kasus yang menganggap gangguan mental adalah aib keluarga yang harus ditutupi.

Baca Juga: Supermodel Sara Sampaio Alami Gangguan Mental Trikotilomania, Gejalanya Ternyata Suka Mencabuti Rambut

6. Kurang ahli

Minimnya keberadaan psikiater, perawat psikiatri, psikolog, dan pekerja sosial adalah beberapa penghalang utama ketersediaan pelayanan kesehatan mental di negara dengan pendapatan sedang dan rendah.

Kesadaran akan kesehatan mental ini juga sangat minim di negara berpendapatan rendah.

Tercatat jika di negara dengan pendapatan rendah hanya memiliki 0,05 psikiater dan 0,42 perawat untuk tiap 100.000 warganya.

Padahal, di negara dengan pendapatan tinggi, jumlah psikiater rata-rata 170 kali lebih banyak sementara jumlah perawat 70 lipat dibandingkan negara dengan pendapatan rendah.

(*)