Grid.ID - Aksi demonstrasi warga di Kota Manokwari, Papua Barat, pecah hingga berujung kerusuhan.
Kerusuhan di Manokwari terjadi pada Senin (19/8/2019) pagi.
Pada aksi tersebut beberapa orang bahkan sampai membakar ban bekas, dan memblokade sejumlah jalan di kota Manokwari.
Melansir laman Youtube Kompas TV, Senin (19/8/2019), aksi di manokwari merupakan reaksi atas insiden dan penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya pada 17 Agustus 2019 lalu.
Berikut sejumlah fakta kerusuhan di Manokwari yang Grid.ID himpun dari beberapa sumber.
1. Masalah Awal Dipicu Foto Perusakan Bendera
Kerusuhan yang tengah terjadi di Manokwari dipicu karena adanya persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa di Surabaya dan Malang, Jawa Timur.
Melansir laman Kompas.com, persekusi terjadi setelah beredar foto oknum mahasiswa Papua diduga mematahkan tiang bendera merah putih.
Sejumlah Organisasi Masyarakat (Ormas) mendatangi asrama mahasiswa Papua, di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (16/8/2019).
Baca Juga: Viral di Media Sosial Mengamuk di Club, Bupati Manokwari: Merokok Saja Saya Tidak Pernah
Namun saat sejumlah oknum datang dan memadati asrama tersebut, bendera merah putih masih terpasang di halaman asrama.
Sejumlah oknum yang memadati halaman asrama mahasiswa pukul 15.20 WIB, bahkan melontarkan maki-makian dan rasisme.
"Tentara masuk depan asrama disusul lagi Satpol PP lalu merusak semua pagar. Mereka maki kami dengan kata-kata rasis," kata Dorlince Iyowau, Juru Bicara Aliansi Mahasiswa Papua, dikutip dari laman Kompas.com.
Dorlince bahkan menjelaskan bahwa mahasiswa di asrama tersebut tidak ada yang mengetahui perihal perusakan bendera.
Namun oknum tersebut tak mau menerima penjelasan dari Dorlince.
Baca Juga: Manokwari Diguncang Gempa, Warga Berlarian Selamatkan Diri Takut Datangnya Tsunami
2. Massa Kerusuhan di Papua Sasar Fasilitas Publik
Sejumlah warga di Papua, turun ke jalan dan melakukan aksi unjuk rasa untuk memprotes tindakan persekusi.
Unjuk rasa dilakukan di sejumlah titik di Manokwari dan Jayapura, Papua.
Massa melakukan blokade di beberapa titik diantaranya ruas jalan yang diblokade yaitu Jalan Yos Sudarso, Jalan Trikora Wosi, dan Jalan Manunggal Amban.
Tak hanya memblokade jalan, massa juga merusak sejumlah fasilitas publik.
Diantaranya pembakaran gedung DPRD Papua Barat, perusakan Bandara Domine Eduard Osok yang berada di Sorong, dan pembakaran Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Sorong.
Melansir laman Kompas.com, dari pembakaran yang dilakukan di Lapas Sorong, mengakibatkan sejumlah narapidana kabur dari sel tahanan.
Baca Juga: Usai Diguncang Gempa 6,1 SR, Hujan Deras Guyur Manokwari
3. Libatkan Kepala Suku dan Tokoh Agama untuk Meredam Kerusuhan
Amukan massa yang sulit diredam bahkan harus melibatkan peran kepala suku.
Melansir laman Kompas.com, Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, telah berkoordinasi dengan seluruh kepala suku, untuk meredam kerusuhan.
"Kami sudah koordinasi dengan kepala suku di sana dan mereka akan kendalikan dengan baik," ujar Lenis saat memberikan keterangan pers di kawasan Slipi, Jakarta Barat, dikutip dari laman Kompas.com.
Tak hanya kepala suku, Lenis juga berkoordinasi dengan tokoh-tokoh gereja di Papua.
Tindakan tersebut dilakukan agar kerusuhan bisa mereda dan tidak meluas.
Baca Juga: Indahnya 5 Wisata Laut di Manokwari, Kalau Lucinta Luna Mau ke Sana
4. Gubernur Jatim Minta Maaf
Kerusuhan di Manokwari melibatkan dua daerah yakni Jawa Timur dan Papua.
Gubernur Jawa Timur, Khififah Indar Parawansa bahkan telah meminta maaf kepada masyarakat Papua melalui Gubernur Papua, melalui sambungan telepon.
"Kami telepon Gubernur Papua, mohon maaf. Sama sekali itu bukan suara Jatim. Harus bedakan letupan bersifat personal dengan apa yang menjadi komiten Jatim," kata Khofifah seperti ditayangkan Kompas TV, Senin (19/8/2019).
5. Walikota Malang Minta Maaf
Tak hanya Gubernur Jatim yang meminta maaf kepada masyarakat Papua, Wali Kota Malang, Sutiaji juga turut minta maaf atas kericuhan yang terjadi di asrama Mahasiswa Papua, Kamis (15/8/2019).
Baca Juga: Permintaan Maaf Ditolak, Warga Minta Lucinta Luna Datang ke Manokwari
"Kalau kemarin ada insiden kecil atau dimaknai besar, itu kalau antar masyarakat atas nama Pemerintah Kota Malang saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Bahwa kemarin itu di luar sepengetahuan kami juga," ungkap Sutiaji, dikutip dari laman Kompas.com.
(*)