Grid.ID - Puluhan pencari kerja disabilitas memadati bursa kerja disabilitas, Job & Innovation Fair for Diversability 2019 di Jakarta.
Acara diselenggarakan oleh ILO bekerja sama dengan Difalink (sebelumnya dikenal sebagai Diffago), DARE dan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya selama dua hari pada 22-23 Agustus.
Bursa kerja ini diikuti oleh 18 perusahaan dan 5 perusahaan start-up atau social enterprise bertempat di Hall C Universitas Atma Jaya.
Perusahaan-perusahaan yang terlibat di antaranya berasal dari sektor perhotelan, perbankan, ritel, manufaktur; sementara perusahaan start-up mencakup sektor makanan dan minuman, pariwisata dan jasa.
“Saya sengaja datang dari Bandung dengan mengendarai motor untuk mencari pekerjaan,“ ujar seorang peserta menggunakan bahasa isyarat.
Sementara seorang peserta lain dari Cilegon dengan bersemangat berkeliling dengan didampingi seorang pendamping sukarelawan menyambangi sejumlah perusahaan. “Doakan saya mendapatkan kesempatan kerja,” ujarnya.
Bursa kerja dua hari ini berupaya membangun koneksitas dan mempertemukan penyandang disabilitas dan penyedia kerja, termasuk dari berbagai perusahaan start-up dan social enterprise yang mempunyai kepedulian terhadap isu disabilitas.
Salah satu di antaranya adalah Precious One, sebuah perusahaan sosial yang mempekerjakan, mewadahi dan menyalurkan karya dan produk ratusan penyandang disabilitas.
“Kami juga memanfaatkan toko-toko digital yang ada untuk memasarkan produk dan jasa yang ada. Dengan semakin banyak yang tahu dan kenal, kami berharap semakin dapat memperluas pasar, meningkatkan layanan dan semakin banyak lagi melibatkan penyandang disabilitas,” ujar Mardea Mumpuni, Digital&Marketing Collaboration, Precious One.
Tendy Gunawan, Staf ILO untuk Kesetaraan Kerja bagi Disabilitas, menegaskan pentingnya menghubungkan perusahaan dengan pekerja disabilitas.
“Banyak perusahaan belum mengetahui manfaat mempekerjakan pekerja disabilitas. Melalui bursa kerja ini diharapkan dapat memberikan peluang kerja yang sama dan lebih besar bagi penyandang disabilitas untuk bisa berkarya dan bekerja sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan mereka,” ujarnya.
Sementara Ni Komang Ayu Suriani, Pendiri dan CEO Difalink, mengajak semua pihak untuk terus mendorong inklusivitas di dunia kerja.
“Pekerjaan layak menjadi bagian penting bagi kehidupan semua orang. Ayo kita sama-sama dukung dunia kerja yang infklusif di Indonesia,” tegasnya.