"Seperti yang kita tahu, partikel polutan cukup kecil untuk masuk melewati sistem saraf kita. Hal ini tentunya akan mengakibatkan peradangan di otak yang dapat berkembang menjadi gelaja depresi," imbuhnya.
Temuan ini juga diperkuat dengan penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Chicago.
Penelitian itu mengambil data dari asuransi kesehatan pemerintah Amerika.
Dan setelah dilakukan analisis, peneliti menemukan peningkatan gangguan bipolar sebanyak 27% dan peningkatan depresi berat sebanyak 6%.
Hal ini terjadi di negara-negara bagian Amerika dengan tingkat polusi tinggi.
"Ada beberapa pemicu yang diketahui menyebabkan gangguan mental, namun polusi udara menjadi variabel yang baru," kata Andrey Rzhetsky, seperti yang dikutip dari The Independent.
(*)