Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Polusi udara menjadi masalah serius di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Bahkan pada awal Agustus lalu, tingkat polusi udara di Jakarta sempat meningkat drastis.
Berdasarkan data dari AirVisual, tingkat polusi udara di Jakarta pada saat itu menempati urutan tertinggi di dunia.
Baca Juga: Bahaya Polusi Bagi Kesehatan, Salah Satunya Bisa Meningkatkan Risiko Sulit Hamil
Tentunya ini sangat tidak baik bagi kelangsungan hidup karena bisa sebabkan penyakit pernapasan akut (ISPA), paru-paru, kanker, dan beberapa penyakit lainnya.
Tapi tahukah kamu kalau ternyata polusi udara juga dapat sebabkan gangguan mental?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Helen Fisher dan timnya telah membuktikan.
Penelitian itu menunjukkan dari 284 anak yang diteliti, mereka yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi lebih berisiko.
Bahkan risikonya mencapai tiga sampai empat kali lebih besar mengalami depresi berat saat usianya 18 tahun nanti.
Bahkan angka ini lebih tinggi daripada mereka yang mengalami pelecehan seksual di mana hanya memiliki dampak satu setengah kali lebih besar.
Berdasarkan penelitian yang dimuat dalam jurnal Psychiatry Research itu, Helen dan timnya juga mengatakan kalau 75% masalah kesehatan mental dimulai pada masa kanak-kanak hingga remaja di mana ketika itu otak sedang mengalami perkembangan pesat.
"Tingkat polusi udara yang tinggi tidak baik, terutama untuk anak-anak karena dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental," ungkap Helen dari Kings Collage London, seperti yang dikutip dari The Guardian.
Partikel polusi udara yang kecil dinilai sanggup masuk ke dalam sistem saraf kita hingga menimbulkan penumpukan dan peradangan.
Pada anak-anak, terjadinya peradangan pada sistem saraf otak akan menghambat perkembangannya sehingga akan mengarah ke bipolar dan depresi.
"Seperti yang kita tahu, partikel polutan cukup kecil untuk masuk melewati sistem saraf kita. Hal ini tentunya akan mengakibatkan peradangan di otak yang dapat berkembang menjadi gelaja depresi," imbuhnya.
Temuan ini juga diperkuat dengan penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Chicago.
Penelitian itu mengambil data dari asuransi kesehatan pemerintah Amerika.
Dan setelah dilakukan analisis, peneliti menemukan peningkatan gangguan bipolar sebanyak 27% dan peningkatan depresi berat sebanyak 6%.
Hal ini terjadi di negara-negara bagian Amerika dengan tingkat polusi tinggi.
"Ada beberapa pemicu yang diketahui menyebabkan gangguan mental, namun polusi udara menjadi variabel yang baru," kata Andrey Rzhetsky, seperti yang dikutip dari The Independent.
(*)