Laporan Wartawan Grid.ID,Siti Maesaroh
Grid.ID - Setiap pelajar di seluruh dunia pasti pernah merasakan pengalaman mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah.
PR biasanya diberikan untuk mengukur kemampuan pelajar dalam memahami materi pelajaran di sekolah.
Namun sayang, terkadang PR yang diberikan terlampau banyak dan sulit untuk dipahami.
Akibatnya, beberapa pelajar merasa sangat tertekan dan tak sanggup menyelesaikannya.
Seperti yang dialami seorang bocah lelaki berusia 13 tahun asal George Town.
Dilansir Grid.ID dari World of Buzz pada Senin (26/08/2019), bocah tanggung itu mengakhiri hidup gara-gara tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
NST melaporkan, sebelumnya ibu bocah itu menceramahi sang anak usai menerima telepon dari guru di sekolahnya.
Mereka mengatakan bahwa ia tidak bisa menyelesaikan pekerjaan rumahnya dari sekolah.
Sang ibu kemudian berinisiatif untuk membantu anaknya.
Ia mengajari sang putera lalu memintanya untuk menyelesaikan soal usai sesi pembelajaran oleh ibunya selesai.
Hal tersebut dilakukan untuk memeriksa kemajuan sang anak usai diberikan arahan dari ibunya.
Ia kemudian memberi tahu ibunya bahwa ia tak dapat menyelesaikannya dan meminta izin untuk pergi mandi dulu.
Setelah setengah jam, sang ibu mulai curiga karena anaknya tak kunjung kembali.
Sang ibu kemudian memanggil suaminya dan memintanya untuk memeriksa keberadaan sang anak.
Sang ayah mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, dan mencoba mengetuk pintunya.
Namun tak ada jawaban sama sekali dari sang anak.
Merasa khawatir, sang ayah lantas mendobrak pintu kamar mandi dan mendapati sang anak telah gantung diri dengan handuk.
Panik dan takut, sang ayah terus mencoba untuk menyadarkan anaknya dan memberikan CPR sebagai pertolongan pertama.
Baca Juga: Tanpa Pikir Panjang, Seorang Remaja Nekat Gantung Diri Gegara Tak Diperbolehkan Ibunya Main PUBG
Sementara itu, para tetangga mulai memanggil polisi dan ambulans.
Namun nahas, nyawa bocah itu tak dapat diselamatkan, remaja itu meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit sekitar pukul 10.55 sore.
Dari hasil investigasi, polisi menemukan fakta bahwa bocah itu memang tak pernah benar-benar tertarik untuk belajar.
Sang bocah juga lemah secara akademis dan terus mengeluh kepada orang tuanya karena terlalu banyak mengerjakan PR dan membuatnya stres.
(*)