Grid.ID - Kasus pembunuhan dan pembakaran ayah anak di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat akhirnya perlahan mulai terungkap.
Pelaku pembunuhan dan pembakaran ayah anak di Sukabumi ini pun sudah berhasil ditangkap oleh kepolisian.
Siapa sangka, pelaku pembunuhan dan pembakaran ayah anak di Sukabumi ini tak lain adalah istri muda korban sendiri.
Seperti yang telah diketahui, kasus ini mencuat setelah warga Cidahu, Sukabumi menemukan sebuah mobil Toyota Calya berpelat B 2983 SZH yang terbakar di tanah kosong.
Melihat ada mobil asing yang terbakar tanpa sebab di lahan kosong, warga setempat langsung memanggil aparat yang berjaga di kantor Polsek Cidahu.
Setelah api padam, anggota kepolisian dan warga menemukan dua jasad yang ikut dilalap api.
Setelah diidentifikasi, dua jasad itu bernama Edi Chandra alias Pupung Sadili (54) dan putranya, M. Adi Pradana alias Dana (23).
Tak butuh waktu lama, kepolisian langsung berhasil mengungkap pelaku pembunuhan.
Tak ada yang menyangka, jika pelaku pembunuhan itu adalah istri muda korban yang bernama Aulia Kesuma alias AK.
Mengutip Tribun Jabar, Aulia Kesuma ternyata sampai rela membayar RP 500 juta ke 4 pembunuh bayaran guna melancarkan aksinya.
Selain itu, AK juga mengajak keponakannya, Giovanni Kelvin alias GK untuk ikut membunuh dan membakar kedua korban.
Pasca AK dan GK berhasil diamankan kepolisian di Jakarta pada Senin (26/8/2019) lalu, terungkap pula motif dibalik aksi pembunuhan berencana itu.
Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan, jika pelaku rela membayar Rp 500 juta untuk menyewa pembunuh bayaran karena ia sudah terlilit hutang yang jumlahnya sangat besar.
Namun sebelum aksinya berjalan sesuai rencana, AK hanya membayar Rp 130 juta kepada 4 eksekutor yang disewanya.
Baca Juga: Detik-Detik Tertangkapnya Pembunuh Bayaran Aulia Kesuma yang Tega Habisi Suami dan Anak di Sukabumi
"Utangnya mencapai Rp 10 miliar. Rp 7 miliar di Danamon, Rp 2,5 miliar di BRI dan 500 juta di kartu kredit," ujar Nasriadi.
Namun dari 4 eksekutor itu, ternyata hanya 2 orang yang akhirnya mau mengikuti ajakan AK.
Pasalnya, salah seorang eksekutor berinisial AL tiba-tiba kejang-kejang kesurupan saat sedang menuju ke lokasi rumah korban.
"Ditengah perjalanan dari apartemen ke Lebak Bulus tepatnya di jalan Pasar Minggu salah satu eksekutor tersebut kesurupan seperti sakit ayan," ungkap Nasriadi, dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
Melihat kondisi rekannya yang tiba-tiba kesurupan, eksekutor lain berinisial RD kemudian mengantar AL ke penginapan di Pejaten, Jakarta.
Melihat AL yang kesurupan, RD akhirnya memutuskan untuk tak jadi ikut pembunuhan itu.
"RD pengin ikut sebenarnya, namun dia dapat informasi AL tak bisa ditinggal akhirnya RD mengurungkan dan hanya dua eksekutor yang ikut ke sana," lanjut Nasriadi.
Oleh karena itu, 2 eksekutor yang mengikuti aksi pembunuhan hanyalah AG dan SG.
Setibanya di Lebak Bulus, AG, SG bersama dengan otak pembunuhan AK dan GK langsung melumpuhkan kedua korban.
Setelah dua korban tewas, AK dan GK langsung membawa kedua jasad itu ke Kampung Cipanengah Bondol, Desa Pondok Kaso Tengah, Kecamatan Cidahu, Sukabumi, pada Minggu (25/8/2019) untuk membakarnya dan menghilangkan jejak. (*)