"Kalau lagi main, pengen pipis suka pulang ke rumah malu kalau pipis bareng temannya," kata Ida.
Penyakit langka yang dialami sang buah hati juga membuat Ida dan Iyan sedih terlebih lantaran keterbatasan biaya untuk berobat.
"Istilah medisnya ambigu atau apa, seribu satu istilahnya. Kalau ke dokter juga harus hati-hati sebelum dioperasi untuk menentukan jenis kelamin, saya turuti, tapi sekarang bingung biayanya juga besar," ucap Ida.
Iyan dan Idan pun mengaku sudah berupaya mencari dana agar bisa mengobati Aimar.
"Saya dan istri sudah lari kesana kemari istilahnya, ada petunjuk yayasan di Cianjur, Bandung, dan tempat lainnya selalu saya kunjungi kalau ada yang bisa membantu anak saya, tapi sampai saat ini saya juga bingung jika operasinya harus ada biaya nanti," kata Iyan.
Terlebih, Aimar merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, yang mana dua saudaranya itu adalah laki-laki, yang juga memerlukan biaya.
"Kemarin juga gemetar dengar biaya tes kromosom yang begitu besar, apalagi biaya operasi," ujar Ida.
Kasus bayi berkelamin ganda sebelumnya juga pernah terjadi di Polewali Mandar pada tahun 2017 silam.
Melansir dari laman Kompas.com, penyakit langka yang memiliki nama ilmiah ambiguous genital itu terjadi pada bayi yang tinggal di Jalan Andi Latanratu, Kelurahan Takatidung, Poliwali Mandar.
Baca Juga: Usai Menggigit Ular hingga Anak Ayam Sampai Mati, Bocah 11 Tahun di Cianjur Ini Justru Tertawa Puas
Anak pertama pasangan Ardianto (24) dengan Warda (21) itu lahir pada 19 September 2017 dengan berat badan 2,2 kilogram.
Keluarga nelayan dan buruh bangunan yang tinggal di rumah panggung di gang sempi itu juga mengaku kesulitan biaya berobat untuk anak pertamanya itu. (*)