Kemudian pesawat itu terus melaju hingga keluar ujung landasan dan menabrak belasan rumah di sepanjang jalur ujung luar runway.
Pesawat itu dapat berhenti setelah menabrak tiang listrik di Jalan Jamin Ginting dan meledak sehingga badan pesawat terbelah menjadi dua.
Bagian ekor pesawat tertahan di tiang listrik, sementara bagian depannya terus melaju dan menghantam lima rumah di depannya.
Baca Juga: Melompat Terlalu Tinggi, Punggung Bocah 12 Tahun Ini Tertusuk Pegas Trampolin Saat Mendarat
Awalnya diberitakan kecelakaan itu dipicu oleh berat pesawat yang terlampau berat karena mengangkut kargo durian.
Memang benar ditemukan kargo durian di reruntuhan puing badan pesawat, namun ternyata bukan itu penyebabnya.
Berdasarkan penyelidikan KNKT, kargo dan CG (center of gravity) pesawat tidak memiliki andil dalam gagalnya Mandala RI-091 ini gagal takeoff.
Menurut pihaknya, penyebab utama dari kecelakaan RI91 adalah flaps dan slats pesawat yang tidak menjulur keluar, dan kru (pilot dan kopilot) tidak mengetahuinya akibat kerusakan teknis yang juga tidak disadari oleh kru pesawat.
Flaps adalah sirip tambahan di sayap pesawat. Sementara slats berada di pinggiran depan sayap.
Tapi sepertinya stigma durian sebagai penyebab kecelakaan Mandala RI-091 sudah melekat erat di benak masyarakat.
Terbukti pada November 2018 lalu, muncul unggahan Facebook seorang penumpang pesawat Sriwijaya Air yang komplain terkait bau durian di kargo pesawatnya.
"Mas...ini bau durennya parah bgt, 1 jam lho kita nyium bau beginian nanti di atas. Trus km tau gak kecelakaan peswat mandala yg gagal take off di Medan???" demikian komplain tersebut.
(*)