Grid.ID - Kunjungan wisatawan yang keYogyakarta, beberapa tahun terakhir meningkat.
Namun, kondisi ini kurang diimbangi dengan mempertahankan budaya dan identitas masyarakatnya, dengan berdirinya banyak hotel.
"Orang pergi ke Yogyakarta itu mencari yang khas seperti logo, dusun dan tradisionalnya. Ketika artefak (Bangunan) kita tidak berbeda yang coba sekarang mall, hotel, hingga jalannya macet. Yogyakarta kehilangan ruh Jogja, ruh jogja itu wisatawan (seperti) lagu KLA (isi lagu Yogyakarta)," kata Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Ma'ruf seusai menjadi pembicara dalam draf rancangan awal rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2019 di Kantor Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (2/2/2018).
(Tak Hanya Kasus Korupsi, Gubernur Jambi Zumi Zola Pernah Terseret Kasus Hukum Ini)
Ia mencontohkan, Malioboro meski masih memiliki daya tarik tersendiri, tetapi sudah jauh berkurang dibandingkan beberapa tahun lalu.
Untuk itu, pihaknya meminta kepada pemerintah kabupaten Gunungkidul untuk menangkap potensi tersebut.
"Gunungkidul itu (obyek) wisatanya lengkap, pantai, goa, dan desa,"ucapnya.
Selain itu, rasa solidaritas tinggi diketahui masih adanya interaksi bertegur sapa antara wisatawan dan warga.
Dia berharap modal sosial masyarakat tersebut harus tetap dijaga meski kunjungan wisata meningkat.
(Pengakuan Pelajar SMK, Ternyata Punya Alasan Menikah Dengan Suami Orang yang Juga Atlet Angkat Besi)
"Saya menemukan (modal sosial) itu di Bantul dan Gunungkidul. Untuk itu kami terus mendorong agar terus dipertahankan. Identitas budaya masyarakat jangan digeser,"tuturnya.
Anggota Dewan riset daerah Kabupaten Gunungkidul ini berharap pembangunan wisata harus mempertahankan identitas daerah.