Find Us On Social Media :

Wisata Kota Yogyakarta Sudah Kehilangan Rohnya, Inilah Daerah Penggantinya

By Alfa, Minggu, 4 Februari 2018 | 16:32 WIB

Pejalan kaki melintas di trotoar sisi timur Jalan Malioboro, Yogyakarta, Rabu (13/4). (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Grid.ID - Kunjungan wisatawan yang keYogyakarta, beberapa tahun terakhir meningkat.

Namun, kondisi ini kurang diimbangi dengan mempertahankan budaya dan identitas masyarakatnya, dengan berdirinya banyak hotel.

"Orang pergi ke Yogyakarta itu mencari yang khas seperti logo, dusun dan tradisionalnya. Ketika artefak (Bangunan) kita tidak berbeda yang coba sekarang mall, hotel, hingga jalannya macet. Yogyakarta kehilangan ruh Jogja, ruh jogja itu wisatawan (seperti) lagu KLA (isi lagu Yogyakarta)," kata Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Ma'ruf seusai menjadi pembicara dalam draf rancangan awal rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) tahun 2019 di Kantor Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Jumat (2/2/2018).

(Tak Hanya Kasus Korupsi, Gubernur Jambi Zumi Zola Pernah Terseret Kasus Hukum Ini)

Ia mencontohkan, Malioboro meski masih memiliki daya tarik tersendiri, tetapi sudah jauh berkurang dibandingkan beberapa tahun lalu.

Untuk itu, pihaknya meminta kepada pemerintah kabupaten Gunungkidul untuk menangkap potensi tersebut.

"Gunungkidul itu (obyek) wisatanya lengkap, pantai, goa, dan desa,"ucapnya.

Selain itu, rasa solidaritas tinggi diketahui masih adanya interaksi bertegur sapa antara wisatawan dan warga.

Dia berharap modal sosial masyarakat tersebut harus tetap dijaga meski kunjungan wisata meningkat.

(Pengakuan Pelajar SMK, Ternyata Punya Alasan Menikah Dengan Suami Orang yang Juga Atlet Angkat Besi)

"Saya menemukan (modal sosial) itu di Bantul dan Gunungkidul. Untuk itu kami terus mendorong agar terus dipertahankan. Identitas budaya masyarakat jangan digeser,"tuturnya.

Anggota Dewan riset daerah Kabupaten Gunungkidul ini berharap pembangunan wisata harus mempertahankan identitas daerah.

Ia mencontohkan salah satunya saat pembangunan hotel seharusnya bekerjasama dengan penduduk lokal.

"Pemilik hotelnya harus warga Gunungkidul. Jangan seperti hotel di Yogyakarta ada sekitar 250 sebagian besar pemiliknya bukan warga asli. Sharing ekonomi bisa ketemu separuhnya komunitas Gunungkidul, itu yang membedakan dengan daerah lain,"katanya.

(Berseteru Dengan Anak Kandung Sendiri, Berikut Pengakuan Annisa Bahar yang Menyedihkan)

Ketua DPRD Gunungkidul Suharno sepakat dengan wacana tersebut.

Dia mengatakan pembangunan pariwisata berbasis budaya dan potensi lokal sehingga perdampak pada perekeonomian masyarakat, penyerapan tenaga kerja lokal dan pengentasan kemiskinan terutama daerah pesisir selatan.

"Pembangunan sarana prasanaran jalur pariwisata serta pengembangan jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan pariwisata,"katanya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul, Drajad Ruswandono mengatakan pemerintah akan membangun revitalisasi kawasan wisata Pantai Barun dan karakal hingga pembangunan rest area wisata.

Pembangunan pariwisata mengacu pada visi dan misi bupati dan wakil bupati sebagai daerah tujuan wisata yang terkemuka dan berbudaya menuju masyarakat yang berdaya saing, maju, mandiri, dan sejahtera pada tahun 2021.

"Untuk menarik kunjungan wisatawan, kita mempersiapkan event yang berkelas Internasional," ucapnya.

(Pengakuan Sopir Pribadi Pengacara Hotman Paris Hutapea, Ungkap Rahasia Perlakuan Majikannya )

(Berita ini juga tayang di Kompas.com dengan judul Dosen UMY: Pariwisata Yogyakarta Mulai Kehilangan Rohnya)