"Saya tidak malu, karena saya punya anak istri yang harus dinafkahi. Sementara mencari pekerjaan itu gak gampang," ujarnya.
Pada awal masa kerjanya, dia diketahui pernah tinggal di rumah dinas kepala sekolah.
Namun setelah rumah itu dialihfungsikan menjadi ruang kelas, Destria sekeluarga terpaksa tinggal di gudang sekolah bersama dengan kursi rusak, tangga, dan barang-barang lain.
Baca Juga: Kisah Pilu Kecelakaan Maut Tol Cipularang, Iwan Meregang Nyawa Tak Sempat Beli Sepatu Untuk Anak
Sebenarnya di sekolah itu ada sebuah rumah yang memang diperuntukkan dihuni penjaga sekolah, namun saat itu telah lebih dulu dihuni oleh seorang PNS.
Gaji penjaga sekolah yang saat itu masih Rp 150 ribu juga tidak mencukupi untuk mengontrak rumah sekaligus memenuhi kehidupan sehari-hari.
"Karena kondisinya tidak layak, seperti banyak nyamuk, banyak tikus, kami meminta izin untuk bermalam di ruang guru," ungkap Destria, seperti yang dilansir Grid.ID dari Kompas.com.
Kini, Destria dan keluarga masih tinggal di ruang guru ketika malam menjelang.
Dan setiap pagi sekitar pukul 04.00 WIB harus sudah bangun dan merapikan kembali ruangan itu karena akan dipakai oleh guru saat jam belajar dimulai.
Sementara, barang-barang mereka, seperti baju dan alas tidur dibawa ke warung tempat istrinya berjualan.
"Jam 04.00 WIB mulai beres-beres, buang sampah, dan membersihkan sekolah," kata Destria.
Sekarang, Destria hanya bisa berharap pemerintah lebih memperhatikan para penjaga sekolah. Sebab, mereka juga berkontribusi menjaga kebersihan, keindahan, dan keamanan sekolah.
(*)