Penelitian menunjukkan 26 persen wanita melaporkan mengalami diskriminasi tersebut setelah mengalami tekanan psikologi.
Sementara itu hanya ada seperlima dari perempuan dalam survei mengatakan, mereka telah melaporkan adanya diskriminasi jenis kelamin.
Baca Juga: Pertama Kali Datang ke Indonesia, Jisung NCT Dream Terkejut Lihat Pemandangan Kota Jakarta!
Dr Ruth Hackett, dari Institut Epidemiologi dan Perawatan Kesehatan di UCL bersama penulis utama studi ini mengatakan bahwa Inggris perlu mengejar ketinggalan penelitian ini dengan negara-negara Eropa lainnya.
"Kami menemukan bahwa wanita yang melaporkan diskriminasi seks dianggap lebih mungkin mengalami depresi dan memiliki tekanan psikologis yang lebih besar," ujar Dr. Hackett.
"Seksisme dapat berfungsi sebagai penghalang bagi gaya hidup sehat yang meningkatkan kesejahteraan mental," tambah Dr. Hackett.
"Paparan berulang terhadap stres juga dapat menyebabkan gangguan proses biologis normal," jelas Dr Hackett.
Baca Juga: Belum Minat Cari Istri Baru, Nicky Tirta Cari Pelarian ke Masak
Penulis mengatakan temuan ini sangat memprihatinkan.
"Ini sangat memprihatinkan, karena mereka menyarankan dampak abadi dari pengalaman diskriminasi jenis kelamin pada kesehatan mental dan kesejahteraan," Ujar peneliti.
Mereka juga menggarisbawahi pentingnya mengatasi seksisme tidak hanya sebagai masalah moral.
Tapi juga sebagai masalah yang mungkin memiliki warisan abadi pada kesehatan mental penderitanya. (*)