Find Us On Social Media :

Unik Banget, Beginilah Tradisi Suku Papua Untuk Ungkapkan Rasa Syukur Mereka

By Nindya Galuh Aprillia, Selasa, 6 Februari 2018 | 02:37 WIB

Tradisi unik di Papua

Laporan Wartawan Grid.ID, Afif Khoirul Muttaqin

Grid.ID - Terkadang rasa syukur bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk dan perbuatan.

Salah satunya tradisi unik yang dilakkan salah satu suku di Indonesia ini.

Salah satu suku tersebut adalah suku Papua yang hingga kini memang masih memegang teguh kepercayaan adat mereka.

Melansir Grid.ID ternyata suku Papua mempunyai tradisi unik loh sebagi ungkapan rasa syukur mereka.

( BACA : Tinggal di Bawah Tumpukan Seng, Inilah Kisah Nelangsa Seorang Kakek dari Magelang )

Tradisi unik tersebut dilakukan dengan cara bakar batu.

Tentu saja hal ini mengundang pertanyaan.

Ngapain ya kok repot-repot bakar batu segala?

Sekilas memang mengherankan, tapi suku Papua punya maksud sendiri di balik tradisi ini.

( BACA :Dijuluki Lubang Ular, Inilah Kisah Mengerikan Rumah Sakit Sekaligus Sekolah Khusus Willowbrook State School di New York )

Ternyata bakar batu di Papua ini digunakan untuk memasak hidangan besar yang akan disantap bersama-sama. 

Mereka membuat acara makan-makan besar itu untuk menunjukkan rasa syukur.

Ritual ini dilakukan oleh penghuni Lembah Baliem, Panilai, dan Nabire di Pegunungan Bintang Jayawijaya.

Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur mereka.

( BACA : Inilah Kisah Romantis Sepasang Kekasih Penjahat yang Tercatat Dalam Sejarah )

Ritual ini dilakukan dengan cara mengumpulkan warga satu kampung.

Awalnya batu-batu berukuran besar dibakar dalam perapian dengan kayu. 

Kayu akan habis terbakar hingga batu menjadi panas membara. 

Kemudian, batu akan dipindahkan ke dalam lubang dalam tanah yang telah dibuat.

( BACA : Akun Papua Buka Suara Soal Insiden Kartu Kuning, Presiden Joko Widodo Bakal Kirim Ketua BEM UI ke Papua? )

Batu akan diletakkan di dasar lubang, lalu di atasnya ditumpuk daging babi yang akan dimasak. 

Tak harus babi, daging ayam, sapi atau ubi pun boleh. 

Lubang kemudian ditutup dengan daun-daun pisang. 

Tunggu hingga daging matang dan dapat dinikmati bersama-sama.

( BACA : Inilah Alasan Kenapa Kamu Nggak Boleh Melewatkan Solo Travelling! )

Namun, penyebutan tradisi ini berbeda-beda di tiap daerah.

Seperti misalnya di Panilia disebut dengan Gapila, sementara di Wamena disebut Kit Oba.

(*)