Grid.ID - Presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang lebih dikenal dengan nama BJ Habibie, meninggal dunia.
BJ Habibie menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB kemarin di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
BJ Habibie tutup usia meski sudah mendapat perawatan intensif di RSPAD Gatot Soebroto sejak Minggu (1/9/2019) lalu.
Saat ini, BJ Habibie telah disemayamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, pada Kamis (12/9/2019) pada pukul 13.00 WIB.
BJ Habibie dimakamkan tepat di samping makam sang istri tercinta, Hasri Ainun Habibie.
BJ Habibie dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai presiden RI yang jenius di bidang iptek.
Bagaimana tidak, BJ Habibie berhasil menyelesaikan pendidikan doktoral di bidang kedirgantaraan dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen, Jerman pada tahun 1965.
Bahkan, BJ Habibie berhasil mengabadikan namanya di bidang keimuwan kedirgantaraan lewat temuannya, Crack Progression Theory.
Tentu, semua itu tak diraihnya begitu saja dengan mudah.
Banyak sekali duka dan masa penuh perjuangan yang harus dilewati oleh pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu.
Melalui acara Mata Najwa edisi Cinta Habibie yang tayang di kanal Youtube Metrotvnews pada 27 Juni 2016 silam, BJ Habibie mencoba menceritakan perjuangannya berkuliah di Jerman.
Tak banyak yang tahu, jika BJ Habibie kuliah di Jerman tanpa beasiswa.
Oleh karena itu, pria yang akrab disapa dengan nama Rudy semasa muda itu harus berulang kali memutar otak guna bisa berkuliah sekaligus bertahan hidup.
"Waktu itu saya berangkat naik kapal terbang bulan April tahun 1955, usia saya 18 tahun, saya tiba disana sendiri," ungkap Habibie.
Baca Juga: BJ Habibie Hobi Naik Moge, Potretnya Boncengkan Presiden Soeharto Begitu Melegenda
Ia mengungkapkan, periode awal ketika memulai perkuliahan di Jerman membuat hidupnya begitu sulit.
"Susah, karena yang lain mendapat beasiswa.
"Dia dapat (uang) selalu sesuai jadwal tanggal 1 dari kedutaan, saya harus menunggu dari Deutche Bank.
"Belum ada faks, belum ada internet, itu bulan-bulan pertama, berat untuk saya, ya bagaimana orang lapar," jelas BJ Habibie.
Baca Juga: BJ Habibie Hobi Naik Moge, Potretnya Boncengkan Presiden Soeharto Begitu Melegenda
Saking sulitnya ekonominya semasa baru memulai kuliah di Jerman, BJ Habibie bahkan sampai terpaksa menggadai kalung emas pemberian ibunya.
"Sempat (gadai), orang (uang) belum datang bagaimana saya hidupnya?," ujar Habibie.
Namun, Habibie tak serta merta menghabiskan uang hasil gadai kalung emas pemberian ibunya begitu saja.
Dengan uang yang pas-pasan tersebut, Habibie mencari kos-kosan untuk tinggal.
"Saya harus cari tempat dimana saya bisa tinggal yang paling murah.
"Itu di pinggir kota, jauh dari kampus, di kampus mahal, gak kuat bayar," ungkap Habibie.
Ada uang ada barang, begitu pula dengan nasib BJ Habibie saat harus tinggal di pinggir kota.
"Saya boleh tinggal situ, tapi gak boleh masak.
"Saya hanya boleh tinggal di kamar yang tak ada pemanasnya," lanjutnya.
Agar bisa mandi, BJ Habibie terpaksa ke kamar mandi umum, mengantre bersama warga yang tak memiliki kamar mandi.
Namun karena harus selalu mengantre, BJ Habibie memilih mandi 2 kali seminggu agar waktunya tak habis cuma untuk mandi.
"Saya mandi di tempat orang yang tak punya kamar mandi, saya antre, saya bawa pakaian.
"Tapi tak bisa tiap hari, habis waktu, jadi ya 2 kali seminggu lah," terang BJ Habibie.
Tak cuma itu saja kiat BJ Habibie untuk berhemat.
Meski jarak kos-kosannya dan kampus jauh, BJ Habibie rela berjalan kaki demi menekan ongkos.
Bahkan, ia sampai sengaja berlama-lama di perpustakaan sampai tutup.
Alasannya karena disana bisa mendapat minum gratis, dan terkadang diberi apel oleh petugas perpustakaan.
Perjuangannya itu ternyata tak sia-sia.
BJ Habibie berhasil lulus tepat waktu dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen,Jerman dengan gelar doktor ingenieur dan predikat summa cum laude pada tahun 1965.
BJ Habibie juga sukses menjadi Presiden RI ke-3.
Baca Juga: BJ Habibie Telah Dimakamkan, Ini Potret Akurnya BJ Habibie dengan Cucunya, Farrah Habibie
Meski umur pemerintahannya terbilang cukup pendek, BJ Habibie juga bisa membuat Indonesia lolos dari krisis ekonomi 1998, membuat rupiah naik dari Rp 17.000 per dollar AS menjadi Rp 6.500 per dollar AS.
Selamat jalan, Bachruddin Jusuf Habibie, terima kasih atas semua jasa-jasamu.
(*)