Find Us On Social Media :

Aksinya Viral Setelah Mengkartu Kuning Jokowi, Netizen Soroti Kejanggalan Pada Jaket Zaadit Taqwa!

By Aditya Prasanda, Selasa, 6 Februari 2018 | 16:49 WIB

netizen soroti kejanggalan pada jaket ketua BEM UI | grid.id

Grid.ID - Sosok Zaadit Taqwa belakangan begitu melambung setelah 'mengkartu kuning' Presiden Joko Widodo saat menghadiri Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.

Tak sedikit warganet dan politisi yang selama ini mengkritik kebijakan Presiden Jokowi mengacungi jempol aksi protes Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, yang katanya spontan itu.

Satu dari tiga perhatian BEM UI seperti terwakili oleh Zaadit, menyinggung gizi buruk dan wabah penyakit di Asmat, Papua, yang kini sudah menewaskan puluhan orang.

"Kondisi gizi buruk tersebut tidak sebanding dengan dana otonomi khusus yang pemerintah alokasikan untuk Papua," kata Zaadit kepada wartawan usai diamankan anggota Paspampres.

14 Fakta Kronologi Longsor di Bandara Soetta, 1 Wanita Karyawan GMF Meninggal Dunia

Zaadit menyayangkan wabah penyakit di Papua besar padahal dana otonomi khusus Papua begitu besar.

Setelah aksi Ketua BEM UI itu viral, banyak netizen yang diduga berasal dari Universitas Indonesia (UI) justru membicarakan jaket yang dikenakan Zaadit.

Mereka yang menyoroti kejanggalan pada jaket Zaadit, menyatakan kekecewaannya pada mahasiswa jurusan MIPA itu.

"Parah sih, yang bersangkutan (Zaadit) anak MIPA tapi berani make jakun (jaket kuning--RED) anak FIB." ujar akun @Aldio_Atsuaki.

Akun lain menambahkan, "Ya ampun sebagai alumni FIB kesel pas liat makaranya warna putih, karena pasti dari jurusan FIB, ternyata jakunnya minjem dan dia anak MIPA ternyata," ujar akun @PutriRosary.

Paska Videonya Viral, Siswa yang Tantang Duel Gurunya Mengundurkan Diri dari Sekolah!

Bahkan beredar tangkapan layar di media sosial Line dari netizen dengan nama akun Dimas Dwi Putera, menyebut Zaadit adalah mahasiswa jurusan fisika, bukan jurusan ilmu sejarah.

Bahkan di pesan siar tersebut, dia menulis bakal menggalang donasi 'Jakun (jaket kuning--RED) Untuk Zaadit'.

Akun @tanri24 juga mencuit hal yang sama, "Saya respect nyali dan upayanya untuk kritik pemerintahan, tapi masa ketua BEM gak siap pakai jakun miliknya sendiri."

@zulfrial juga memberi kicauan, "Jakunnya minjem, coba cek jangan-jangan kartu mahasiswanya minjem juga."

"Parah sih, ybs anak MIPA tp beraninya make jakun anak FIB, SKS lg ckckck," kicau @Aldio_Atsuaki.

"@justb3n Jakun (Jaket Kuning), lambang setiap fakultas punya warna berbeda di makara dada sebelah kiri. Nah, ketua BEM ini kayaknya ga pake jakunnya," kicau @frau_Ike.

Ini Dia Jumlah Uang yang Dibawa Kabur Manajer Pak Tarno, Bikin Shock!

Di Universitas Indonesia mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang seharusnya memiliki warna makara biru-hitam.

Namun, saat melakukan aksi kartu kuning Zaadit menggunakan jaket almamater dengan makara putih.

Warna makara putih adalah identitas untuk mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB).

Alasan Zaadit Taqwa

Ada tiga alasan Ketua BEM UI Zaadit Taqwa memberanikan diri mengacungkan 'kartu kuning' dan meniup peluit di hadapan Jokowi.

Kejadian tersebut terjadi saat Jokowi usai memberikan pidato acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia dan dilanjutkan melakukan Peresmian Forum Kebangsaan UI‎ di Balairung UI, Depok, Jumat (2/1/2018).

Pengacungan 'kartu kuning' dengan tangan kanan Zaadit, sebenarnya merupakan buku paduan suara Universitas Indonesia yang kebetulan berwarna kuning.

"‎Itu tadi buku paduan suara, karena pengawasan lumayan ketat tadi pas masuk ke dalam, makanya kita pakai buku itu, biar bisa masuk," tutur Zaadit.

Zaadit menjelaskan, pengacungan buku panduan berwarna kuning sebagai gambaran jika Presiden mendapatkan kartu kuning dengan maksud ‎memberikan peringatan agar menyelesaikan permasalahan bangsa.

"Kita bawa tiga tuntutan, dan kita sudah sampaikan lewat aksi di stasiun (Universitas Indonesia)," tutur ‎Zaadit.

Adapun tiga tuntutan tersebut, kata Zaadit, ‎pertama terkait gizi buruk di Papua untuk segera diselesaikan oleh pemerintah karena lokasi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, merupakan bagian dari Indonesia.

"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ucapnya.

Kemudian, tuntutan kedua yang disuarakan Zaadit, terkait Plt atau penjabat gubernur yang berasal dari perwira tinggi TNI/Polri.

"Kita tidak pingin kalau misalnya kembali ke zaman orde baru, kita tidak pengen ada dwifungsi Polri, dimana Polisi aktif pegang jabatan gitu (gubernur) karena tidak sesuai dengan UU Pilkada dan UU Kepolisian," ujar Zaadit.

Sedangkan tuntutan ketiga, yaitu persoalan Permenristekdikti tentang Organisasi Mahasiswa (Ormawa) karena dapat mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.

"Kita tidak pingin mahasiswa dalam bergerak atau berorganisasi dan berkretasi itu dikungkang, oleh peraturan yang kemudian dibatasi ruang gerak mahasiswa," papar Zaadit.

‎Aksi Zaadit tersebut terpaksa harus diamankan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan ditariknya ke luar ruangan Balairung, serta dibawa ke Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK).

"Tidak ada (kekerasan), ‎cuman diminta keterangan saja, diminta identitasnya. Aksi ini ‎dilakukan spontan, karena sebenarnya niatnya sudah ada tapi berubah-ubah rencana, menyesuaikan kondisi di dalam juga," ujar Zaadit. (*)