Laporan Wartawan Grid.ID, Corry Wenas Samosir
Grid.ID - Presenter Uya Kuya ikut bicara soal kabut asap yang terjadi di sebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan.
Menurutnya, kabut asap tersebut harus segera disikapi oleh pemerintah.
"Ya harus cepat disikapi lah karena kasihan juga kan," kata Uya Kuya saat Grid.ID jumpai di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Selasa (17/9/2019).
Menurut Uya, pekatnya kabut asap tersebut sudah mengkhawatirkan, karena kualitas udara berada di level bahaya.
Bahkan karena kabut asap tersebut, masyarakat dan juga makhluk hidup yang berada di dalam hutan jadi kena imbasnya.
"Karena itu bisa jadi ispa kan udah ada bayi yang meninggal juga terus bisa jadi penyakit itu," kata Uya Kuya.
Sementara itu, terjadinya kabut asap di Kalimatan menurut Uya tak ada hubungannya dengan pemindahan ibu kota yang baru.
"Ya ga tahu, ga ada hubungannya cuma ya pemindahan ibu kota masih lama ya," ungkap Uya
Kendati demikian, lantaran kabut asap itu banyak berdampak pada masyarakat dan makhluk hidup lainnya, Uya meminta hal itu menjadi perhatian utama untuk pemerintah saat ini.
"Itu harus jadi kondisi luar biasa untuk jadi perhatian pemerintah," pungkas Uya.
Kasus kebakaran hutan dan lahan di Riau tampaknya tak pernah ada habisnya.
Hampir setiap tahun kasus kebakaran Riau selalu terdengar gaungnya.
Tepat hari ini Minggu (15/9/2019), sejumlah warga menggelar aksi pakai masker sebagai bentuk protes.
Baca Juga: Kabut Asap Semakin Pekat, 'Spider-Man' Turun Tangan Padamkan Kebakaran Hutan di Riau
Melansir dari Kompas Minggu (15/9/2019), di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat sejumlah warga dari Provinsi Riau menggelar aksi di car free day.
Mereka bahkan membantangkan sebuah spanduk bertuliskan 'Riau Dibakar, Bukan Terbakar'.
Massa yang tergabung dalam Persatuan Masayarakat Riau Jakarta (PMRJ) itu ramai-ramai turun ke jalan sebagai bentuk kepedulian atas musibah kabut asap tebal di Riau.
"Kami merasa prihatin sudah 2.000 orang lebih yang terkena ispa (infeksi saluran pernapasan akut) dan anak liburkan sekolah," ujra Rusli Efendi ketua PMRJ dikutip dari Kompas.
Seperti yang sudah banyak diberitakan, Riau dan wilayah sekitarnya memang sedang dilanda kabut asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan.
Mereka juga meminta kepada Presiden Joko Widodo agar menjadikan kabut asap di Riau sebagai bencana nasional yang harus segera ditangani.
"Oleh karena itu bapak Presiden Republik Indonesia, untuk menjadikan bencana asap ini bencana nasional, sehingga ada aksi-aksi nyata dari pemerintah pusat untuk menangani asap.
"Sebagaimana dulu kan pak Jokowi sudah janji kalau dia jadi presiden enggak ada lagi asap di Riau.
"Dan mudah-mudahan dengan aksi yang lakukan ini, bisa menjadi langkah-langkah konkret presiden untuk menangani asap di Provinsi Riau," tutur Rusli dikutip dari Kompas.
Tak hanya berorasi, mereka bahkan membuka penyaluran sumbangan masker bagi warga di CFD yang ingin menyumbang dan menyuarakan kepeduliannya.
Melansir dari Tribunnews Sabtu (14/9/2019), sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana (BNBP) menyebutkan jika Provinsi Riau menjadi daerah terparah yang alami kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan data yang dibeberkan, sudah 49.266 hektar lahan terbakar hingga Agustus 2019 lalu.
"Lahan gambut terluas yang terbakar, itu ada di Riau. Mencapai sekita 40 ribu hektar," tutur kepala BNBP, Doni Monardo dikutip dari Tribunnews.
Baca Juga: Pasca Kebakaran Hutan Amazon, Beginilah Keadaan Mencekam Kota Sao Paulo yang Diselimuti Awan Gelap
Selain itu, beberapa wilayah seperti Jambi, Sumetera Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan beberapa lainnya sudah terdeteksi adanya asap.
Data tersebut dibeberkan oleh tim BMKG pada Sabtu (14/9/2019) pukul 16.00 WIB.
Akibat bencana kabut asap, beberapa aktivitas masyarakat menjadi terganggu.
Tak hanya merusak lingkungan, asap juga memicu munculnya masalah kesehatan terutama pernapasan.
(*)