Find Us On Social Media :

Kisah Inspiratif Dokter Gigi Cantik Tati, Anak Kernet Bus yang Rela Jualan Jajan hingga Cuci Baju Teman Demi Bisa Kuliah

By Agil Hari Santoso, Rabu, 18 September 2019 | 13:42 WIB

Kisah Inspiratif Dokter Gigi Cantik Tati, Anak Kernet Bus yang Rela Jualan Jajan hingga Cuci Baju Teman Demi Bisa Kuliah

 

Grid.ID - Gadis bernama Tati Sri Rahmawati, kini bisa merasa lega dan bangga setelah resmi menjadi dokter gigi.

Menjadi dokter gigi merupakan salah satu mimpi terbesar Tati.

Namun, jalan Tati untuk mewujudkan mimpinya menjadi dokter gigi tidak lah mudah.

Baca Juga: Kisah Mbah Pani Dikubur Hidup-hidup, Kepanasan dalam Liang Lahat Hingga Didatangi Makhluk Halus Menyeramkan

Gadis kelahiran Ciamis, Jawa Barat pada 7 Maret 1993 ini tumbuh dalam keluarga yang sangat sederhana.

Ayah Tati Sri Rahmawati bekerja sebagai kernet bus dan sering meninggalkan keluarga demi bekerja.

Sedangkan ibu Tati merupakan ibu rumah tangga biasa.

Meski begitu, Tati justru tak berkecil hati melihat profesi kedua orangtuanya.

Baca Juga: Nahas, Tangan Bocah 3 Tahun Terjepit Eskalator Hingga Sobek, Sang Ibu Diduga Lalai Awasi Anaknya

Malah, anak sulung dari 4 bersaudara justru begitu ingin untuk kuliah dan mewujudkan mimpinya.

Alasannya, Tati ingin berkuliah agar bisa menaikkan derajat orangtua serta menyekolahkan adik-adiknya.

Seakan mendapatkan jalan, Tati kemudian diterima menjadi mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Gigi di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) pada tahun 2011 silam.

Baca Juga: Jualan Roti Demi Menyambung Hidup, Nenek Buta 71 Tahun ini Justru Dapat Cobaan, Ditipu dan Barang Dagangannya Dicuri

Sudah mendapatkan kursi mahasiswa di Unsoed, tak serta merta membuat Tati langsung yakin melanjutkan kuliah.

Salah satu sebabnya, adalah ayah Tati yang ragu jika upahnya sebagai kernet bus tak mampu membiayai pendidikan sang putri.

"Awalnya orangtua ragu dan khawatir tidak mampu membiayai kuliah saya.

"Tapi berkat dukungan dari semua pihak, kami percaya Tuhan pasti akan memberikan rezeki dan optimistis bisa menjalani semuanya sampai akhir," ucap Tati, dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

Baca Juga: Bejat! Pria di Karawang Tega Cabuli Anak Kandungnya Sendiri Hingga Hamil dan Jual Sang Anak ke Pria Hidung Belang Seharga Rp 300 Ribu

Dalam rilis yang diterbitkan Humas Universitas Jenderal Soedirman pada Selasa (17/9/2019) kemarin, Tati mengaku sempat menganggap sepele biaya perkuliahannya.

Ia mengira jika biaya Pendidikan Dokter Gigi tak akan sebesar Kedokteran Umum.

Ternyata anggapannya salah besar.

Baca Juga: Viral Video Polisi Nempel di Kap Mobil Mirip Aksi Ala Film Holywood, Begini Akhir Kisahnya

Tati pun dihadapi masa-masa sulit, terutama ketika ketakutan ayahnya menjadi nyata.

Upah sang ayah sebagai kernet bus, ternyata tidak cukup.

"Orangtuanya kala itu tidak memiliki pilihan lain selain menjual tanah yang dimiliki.

"Perlahan kebun dan sawah yang dimiliki menjadi milik orang lain," ucapnya.

Baca Juga: Pengobatan Alternatifnya Jadi Viral, Ningsih Tinampi Mengaku Dapat Ilmu Saat Suami Selingkuh hingga Bolak-balik ke Dukun

Demi tetap bisa meneruskan kuliahnya, Tati akhirnya memutar otak berulang kali.

Hingga pada tahun 2013, Tati mulai berjualan jajanan basreng dan makaroni di lingkungan kampus.

"Selain itu saya juga membuat pesanan bunga flanel untuk wisuda, ngajar les privat anak SD, menjadi asisten di klinik," kenang Tati.

Baca Juga: Kecelakaan Maut Bus Rosalia Indah Vs Truk di Lampung: Bus Melaju Kencang di Tikungan Menanjak, Sang Sopir Langsung Lompat Saat Tahu Busnya Akan Oleng

Bahkan, Tati sampai rela menjadi tukang cuci di kontrakannya untuk teman-temannya.

Kerja keras yang dilakukan Tati pun berbuah manis.

Pada Senin (16/9/2019), Tati melaksanakan upacara Sumpah Dokter Gigi.

Baca Juga: Kisah Erwin Siahaan, Driver Ojol yang Diusir Satpam Saat Akan Dilantik Jadi Anggota Dewan: Istri dan Anak Saya Pakai Bentor

Tati juga resmi diwisuda pada esok harinya, Selasa (17/9/2019).

Meski sudah berhasil menjadi Dokter Gigi, Tati tak berhenti bermimpi.

Kini, Tati berkeinginan untuk melanjutkan S2 dan pendidikan spesialis. (*)