Penemuan cadangan minyak yang amat besar di negara-negara berkembang justru bisa menjadi bencana.
Uang hasil penjualan minyak bisa memicu korupsi yang berujung pencurian uang negara hasil eksplorasi minyak. Kondisi semacam ini biasa dikenal dengan istilah "kutukan minyak".
"Di Guyana, korupsi terjadi amat besar-besaran," kata Troy Thomas, kepala Transparansi Internasional setempat.
Thomas menambahkan, dirinya amat khawatir "kutukan minyak" terjadi pada negerinya.
Tanda-tanda adanya kutukan itu sudah muncul dengan terjadinya krisis politik di Guyana dalam beberapa bulan terakhir ini.
Setelah koalisi pemerintahan mendapatkan mosi tidak percaya pada Desember lalu, mereka justru menggugat ke pengadilan, bukannya menggelar pemilihan umum. Langkah ini memicu protes masyarakat.
"Apa yang kami minta adalah pemerintah menghormati konstitusi. Pemerintah hanya ingin tetap berkuasa dan mengendalikan uang minyak," ujar seorang pengunjuk rasa.
Pertarungan legal masih berlanjut dan pekan ini Pengadilan Karibia mulai menyidangkan masalah ini.
Baca Juga: Dikenal Sebagai Sosok Juri yang Galak, Maia Estianty Sebut Anang Hermansyah Lebih Kejam
"Kami sudah melihat hal semacam ini di negara-negara lain," kata Vincent Adams, kepala Badan Perlindungan Lingkungan Guyana.
"Negara-negara itu mendapatkan kekayaan dari minyak dan hari ini kondisi mereka lebih buruk sebelum mendapatkan minyak," kata Adams.