Bagi Adams, satu-satunya cara untuk menghindari "kutukan minyak" adalah pendidikan.
"Pendidikan adalah dasarnya. Pendidikan adalah investasi terbaik di negara ini dan negara lainnya," kata Adams.
Adams kini memimpin perombakan fakultas teknik di Universitas Guyana, institusi pendidikan tertinggi di negeri itu.
Baca Juga: Empat Kali Jenguk Ahmad Dhani di Penjara, Anang Hermansyah: Karyanya Dicintai, Orangnya Dibenci
Namun, mempersiapkan generasi muda Guyana menghadapi industri baru penuh uang ini bukan hal yang mudah.
"Sayangnya, saat ini kami belum memiliki laboratorium teknik perminyakan," kata Elena Trim, dekan fakultas teknik.
Tantangan lain adalah menarik para pemuda berbakat yang memiliki keahlian yang relevan.
"Standar gaji di negeri ini tak terlalu tinggi. Jadi banyak yang melamar kerja di Universitas Guyana dan saat mengetahui besaran gaji, mereka mundur," Elena sambil tertawa.
Tak hanya itu, Elena menambahkan, di tahap awal industri minyak Guyana sudah mengambil para lulusan fakultas teknik dari jurusan lain untuk dipekerjakan.
"Dua tahun lalu 10 lulusan diberi pekerjaan. Tahun lalu, perusahaan yang sama meminta 20 orang," kata Elena.
Ironisme lain dari "oil boom" ini terlihat di Sophia, salah satu permukiman termiskin di Georgetown, ibu kota Guyana.